Hidup di dalam standar yang dibuat oleh orang lain membuat kamu terus lari jauh. Berusaha mencapai garis finish yang sebenaranya kamu sendiri ngga tahu, seberapa jauhnya. Atau mungkin garis finish memang ngga pernah ada. Hanya delusi yang dibuat-buat sendiri. Tapi semua orang bersorak, menyuruh terus berlari. Ada yang meraung-raung pakai toa, ada yang melengking pakai peluit. Naasnya, kamu anggap mereka seperti bahan bakar agar terus berlari.
Ukurannya pakai angka dan pujian. Batasan upah gaji yang disebut-sebut makmur jika telah mencapai angka sekian. Pujian betapa mempesona dan menariknya paras dan tubuh kamu. Jumlah pengujung dan komentator media sosial. Semuanya seakan menjadi dukun dan kamu boneka fudunya. Perut ditusuk, ikut sakit. Kepala dicubit, ikut pusing. Persis juga seperti pesirkus dan budak singanya.
Sekali-kali beranikan diri membuat secarik kertas berisi tujuan dan standar hidup sendiri. Tuan hidup kamu, ya siapa lagi.