Kompilasi Kopi Skripsi
Momen yang menyenangkan itu bernama, menepi, di pojok tempat kopi. Meskipun di depan ada lembaran skripsi yang meminta haknya untuk segera diluluskan, tapi cangkir kuning -berisi mungkin 200 mL kopi, susu, dan krim- ini adalah teman baik, selain kawan yang mengajak saya berkunjung kesini.
Di depan meja ada akuarium raksasa berisi manusia lengkap dengan tumbuhan-tumbuhan pendukungnya. Saya menyaksikan bibir yang komat kamit tanpa suara. Mereka duduk menikmati secangkir kopi miliknya sambil membicarakan bisnis, mengerjakan tugas kuliah, atau sekadar curhat. Ada beberapa pula yang mulutnya penuh asap.
Sama seperti kedai kopi lain, musik membersamai pengunjung menikmati cangkir mereka. Dan saya masih ingat salah satunya, Memories-Maroon 5.
Lemon Tea rasa asam
Terimakasih telah menjadi kedai kopi yang tak curang, minuman ini benar lemon yang asam. Ah, tapi ternyata saya yang curang. Harusnya tulisan ini hanya berisi Kompilasi Kopi Skripsi. Tunggu dengar dulu, minuman ini pantas diakui kemasyhurannya karena tak lain tak bukan, favorit mahasiswa, aman di kantong, nyaman di dompet: murah. Jadi alangkah baiknya ia diberikan panggung juga.
Saya takkan sebutkan berapa nominal harga, kau bisa cari tempat jualnya dimana kawan saya yang lain sering minta dijemput bapaknya sehabis pulang kuliah.
Double Espresso tanpa gula
Entah ada angin apa, saya memesan secangkir kecil Double Espresso bonus segelas air putih dan satu sachet gula - yang tak dipakai -. Mungkin ini Double Espresso pertama dan terakhir yang saya pesan sebab kapok karena pahitnya sampai ulu hati ternyata. Malamnya, lambung mengirim pesan ke otak agar tak boleh tidur semalaman. Alhasil, kompromi mereka berhasil. Saya terjaga sambil terus merutuki kenapa sampai bisa pesan kopi jenis ini. Esok hari saya keluar kamar persis seperti zombos (red: zombie).
Tapi ini bukan kopi jahat, mungkin syaraf kantuk saya yang terlalu terbawa perasaan. Lain kali, kau bisa mencobanya untuk menghadapi malam yang panjang saat mengerjakan tugas, begadang nonton bola, atau maraton nonton Netflix dan drama korea.
Vanilla Regal samping kosan
Kedai kopi yang menyenangkan hanya selemparan batu dari kosan. Kalau Bogor hujan dan saya malas keluar, tempat ini jadi pilihan terakhir yang tak pernah membosankan. Regalnya selalu saya tunggui sampai melunak persis seperti kebiasaan masa kecil yang doyan mencelupkan biskuit macam oreo atau regal begini ke dalam air putih bening, kalau tak beruntung mendapatkan susu. Selain itu, saya juga mengasihani gigi yang kaget akibat ekspektasi lembut vanila yang dipatahkan oleh kering regal jika tak ditenggelamkan lama.
Tempat duduk dengan sandaran punggung adalah incaran favorit yang jarang didapatkan sebab anak muda suka sekali nongkrong di sini dan tambah ramai kalau jam sudah dipukul oleh 9.
Kopi Saya lupa namanya
Namanya benar-benar lupa. Tapi yang menarik bahwa saya tak menipu saat bilang ini Kompilasi Kopi Skripsi. Setidaknya, itu di dalam layar laptop -lama yang sangat dicintai dan kini sudah mati- ada kotak tabel analisis hasil penelitian yang rumit sampai harus diulangi pengambilan datanya sebanyak dua kali.Esoknya, saya kembali dengan tanda tanya ke dalam laboratorium lalu bertemu dan tukar sapa lagi dengan asam, titrasi, kertas lemak, dan teman-temannya.
Skripsi saat itu meminta banyak waktu dalam hidup yang terkadang disesali kenapa bisa lama sekali, tapi kadang juga diwajarkan sebab siapa suruh saya pilih produk inovasi, preliminari, yang sumbernya saja masih minim sekali.
0 comments