Sebuah Cerita Mini Zaman Dahulu


Mengapa setiap hari harus berkirim surat? 

Semua orang tahu tukang pos yang suka pakai jaket warna oranye tak akan lagi datang membuka kotak surat karatan kau di depan rumah. Sebaiknya ambil cangkul dan kikis tanah pekarangan kau dalam-dalam. Cabut batang kayu kotak suratnya lalu lempar ke tempat sampah besar di ujung jalan. Berdoalah semoga banjir datang -tapi minta agar rumah kau dikecualikan- dan menghanyutkannya. Supaya tak lagi kau ingat-ingat betapa lelah menyampaikan pesan dalam surat.

Mengapa setiap hari harus berkirim surat?

Kau tulis dengan halus dan penuh kasih sayang nama penerima di kepala surat. Berharap ia bisa membaca dengan penuh penghormatan kepada kau yang tulus menulisnya. Hurufnya tegak bersambung karena namanya diharapkan mampu menautkan urat hidup kau sekarang. Dan berterimakasihlah kepada guru Sekolah Dasar yang berbaik hati mengajarkannya juga memberi kau nilai-nilai bagus. Meskipun sekarang kau sadar, apa guna nilai kalau surat-surat kau tak sampai?

Mengapa setiap hari harus berkirim surat?

Puja dan puji dihantarkan seperti sanjungan untuk kepala, sultan, dan para raja di tempat. Doa masih terus dipanjatkan ke langit karena kau manusia yang masih ingat Tuhan. Kau juga tak lupa meminta merpati yang baik agar bisa diandalkan mengantar surat kau berjumlah ratusan lembar. Mestinya sudah kau tulis satu buah buku dan jual ke pedagang eceran (pedagang besar jelas tidak peduli, jangan berhalusisnasi). 

Perut saya bergetar-getar menahan tawa, sampai kapan kau terus berkirim surat? 

You May Also Like

0 comments