Ini Cerita Pendek Disingkat Cerpen

Cuento De Hadas, Noche, Pintura, Niña, Insectos, Sueño
Pada salah satu malam yang murung.

Kalau tak bisa mendatangkan dia dalam kehidupan nyata, setidaknya hal yang membuat bahagia adalah mengumpulkan bayangannya ke dalam imaji. Menyusun tabiat aselinya ditambah hal-hal menyenangkan lain yang ingin dilihat. Misalnya, saya tak suka cara dia berfirasat lalu ubah-ubah menjadi manusia yang punya standar peka biasa saja. Saya suka matanya yang teduh dan menenangkan, lalu biarkan demikian sebab matanya mengundang pandang dalam-dalam. Sampai hanyut sejauh ini menyeret saya dalam khayalan berhari-hari.

Dengan senang hati dia menemani duduk di salah satu bangku taman di depan patung penguin raksasa bermata besar melihat ke arah kami. Saya bercerita tentang hari panjang melelahkan, kantung mata yang semakin cembung, kopi hitam yang bikin susah tidur, sampai caranya menabung agar bisa membeli rumah. Tapi dia bilang, tak usah. Biar urusan tempat tinggal dipikul tanggung jawab di atas pundaknya. Urat-urat warna biru di tangan saya sudah membengkak bekerja telalu padat seperti selang yang bantat.  

Patung penguin raksasa bermata hitam memandangi bangku taman yang kosong. 

Hari ini tanggal seratusempat. Dia memberi hadiah biji bunga mawar yang keriput karena dibungkus dalam kotak yang dikirim tukang barang lama sekali. Terkoyak-koyak saat menumpang di mobil dan dibanting saat diambil tapi tidak apa-apa langsung saya tanam di pekarangan depan. Dulunya itu tanah lapang yang sering dipakai bocah laki-laki main sepak bola. Senang saya punya alasan agar mereka tak lagi kesana -kelak ketika pohon mawar melangit- membuat debu-debu terbang dan mengotori kaca rumah berwarna bening, saya harus mengelap setiap hari sambil tetap memikirkan dia. 

Tanggal limaratusempat bocah laki-laki masih rutin main bola di pekarangan.

Saya punya inisiatif menghanyutkan diri ke sungai berarus deras. Ingin buktikan saja seberapa besar dia cinta, apakah pengorbannya sama seperti Romeo kepada Juliet atau Rahwana kepada Sinta. Kata-kata manisnya suka saya rekam rapih dan dihias pita. Kalau sewaktu-waktu rindu nanti bisa dibuka untuk mengenang. Prasangka semakin beranakpinak di dalam kepala dan terus subur. Saya tenggelamkan seluruh tubuh dengan gembira sambil menghitung detik, jam, setengah hari, seluruh hari, raib. Naiklah nyawa ke langit. 

You May Also Like

0 comments