• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan


Perempuan enggan mati diikat pinggangnya oleh doa-doa
Pada malam yang menggaung dan hujan ribut
Sore semerah darah dan malam hilang gelap
Pagi silang kabut dan siang matahari berselimut

Perempuan yang gemar menyalakan tungku api
Mengaduk serba-serbi rimpang, daun, dan bumbu
Mencampur kuah menjadi rasa-rasa
Dihamparkan pada persegiempat meja sampai tak lagi beraroma
Hingga keranjangsampah meminta seutuhnya

Perempuan pengumpul sayatan luka
Lewat sebuah pisau tajam bermata
Sisik demi sisik ditempel di tubuhnya
Hingga jadi kawah menganga

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Lelaki penampung jenis hujan dibahu, tawa di dada
Menjual cerita bentuk rupa-rupa, syair, sajak, puisi
Roman yang panjang, rayuan murahan
Terbentuk sebentang jala kasih sayang di dekat rumah, tempat bekerja, antar negara, dan toko kopi hangat tengah kota, serta tungku perapian

Lelaki yang menyayangi lajur bus dan bandara
Pergi seenak-enak udara
Menggugurkan daun kering, melapukkan ranting tua
Mematahkan hati yang terlanjur diberi janji

Lelaki yang mencintai mata angin, ikut bergemuruh ke dalam segala riuh
Menjelajah kota-kota dan wanita bermata bening bola
Meninggalkan seorang perempuan bermata sesayu abu, sebasah tanah bulan Desember

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebuah tanda tanya raksasa mengekor di akhir bunyi jarum jam
Seharian selama duapuluhempat dan seluruh sisa usia

Tak ada habisnya saya menuntut suatu saat agar bisa bertemu dengan kau kembali
Membicarakan senja dan segala maksud yang saya pahami berturut-turut
Yang kau pahami bahwa mungkin saya salah arti

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Rusak segala rusuk. Dan gelisah di dalam mengalir banjir di dada. Resah beranak pinak dan air mata beranak sungai.

Satu malam aku pergi ke pesta untuk menjemput bukan siapa-siapa. Tapi membuang kenangan yang ada dimana-mana.

Mendadak angin bumi ribut, semesta aku diam melenyapkan segala puji-pujian dan harapan yang cacat.

Sepanjang jalan ini tergenang sisa gelombang jalan, aku tenggelam dalam kubangan dan diserap aspal berlubang. Hilang.

Laki-laki penjaga warung kopi yang paruh baya, aku setengah nyata setengah maya. Hidup di dua alam bagai katak, jiwaku sudah retak.

Sepasang mata bola merindukan pasangan mata lainnya yang saling kangen dengan pasangan aslinya.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Setelah sekian lama kehilangan kata, apakah ini akibat dari karma meminum senja yang candu. Ataukah hanya sebagian pustaka yang hilang dari ujung lidahku. Atau terlalu banyak beternak rindu, kudapat dari penderma yang pulang dari padang sabana.

Setelah lama kehilangan kata, dan pena mengering tintanya, manusia kehabisan cintanya.

Setelah lama kehilangan kata, mudah-mudahan tak sampai alpa tak sampai kerontang dalam dada.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Semua yang tidak selesai, yang menggantung, tak ada ujung. Ada baiknya larung saja saat kamu berlayar bahkan melewati sepintas selat. Semua air akan bercengkrama di samudera lepas dibawa angin bernama ombak.

Duduk dan tak perlu rasai perlu teman berbagi atau teman dengar. Cukup dua belah kupingmu dan sepuluh ujung jarimu, yang paling ajaib menjadi pendengar dan pengungkap setia melebihi siapa saja.

Sudah istirahat, itu hatimu perlu lapang untuk sejenak tidak diikat nostalgia tak berguna. Kisah yang ditinggal pemiliknya, tak bertuan, tak bertanah.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Beratus-ratus pemakluman telah disiapkan, mungkin disisipkan sebagian di sebelah ginjal kanan dan yang lain di bagian ginjal kiri. Jadi kemanapun tempat pergi, akan ada pencadangannya mengeluarkan simpanan.

Sebab dari sekian kisah yang hampir satu per empat abad, hanya satu yang melulu dibawa-dibawa penuh dengan ekspektasi dan spekulasi perempuan. Satu kisah yang tak habis, alurnya selalu diperbaharui lewat ketidakmungkinan yang dipaksakan.

Sehingga sudah sedih saja, semoga cukup. Tidak usah marah-marah atau beringas seperti bar-bar. Semuanya memang abu-abu. Takdirnya seperti itu. Terimasaja. Atau adukan kepada Tuhan. Betapa baiknya hatimu, dan dia yang seperti ombak.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kalau mau pergi, ya silakan.

Memang sudah dari awal juga ada ketakutan. Bila suatu saat yang diharapkan tidak benar-benar bisa berdiam, dia akan pulang. Ke tempat yang semestinya diharapkan.

Padahal, pahitnya. Sudah ada waktu tunggu yang dipersiapkan sebegitu banyaknya. Akan tetapi akhirnya sia-sia buat apa. Mari, aku tahu dimana letak pintu samping tempat pemain figuran keluar dari panggung latar.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Terimakasih kepada tuan pencipta Hukum Kekekalan. Tolong disampaikan kepada kawan aku. Mungkin sedang bersedih Atau mengenang kesenangan. Bahwa: kamu tidak kehilangan. Hanya saja tanpamakna yang seringkali dahulu dilakukan justru bergulir berwujud kasihsayang tanpabatas kepada titipan Tuhan. Bulirbulir pahala mengalir. Semoga kelak kamu dapat surga. Dan penguruspengurus bayi lainnya.

Juga tak elok jika keduabelah daun telinga. Bengkok menutupi gendang. Bahwa tanpa hitung di luarsana. Berapa banyaknya pemuja harap kesungguhan kepada Tuhan. Agar diberi momongan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dahulu.

Masa berhuruhara. Lompat satu tempat cengkrama. Ke tempat lainnya. Sahut menyahut kalimatkalimat merupakan anak pinak dari setengah perbincangan minim makna. Sekumpulan orangorang maha gembira. Sampai lonceng pergantian hari berikutnya. Dan berikutnya.

Sekarang.

Jangan letih. Matahari tak terbenam. Sebab kedua belah mata tak punya waktu malam. Petang hanya igauan. Tangisan seorang bayi: muncul saat pagi, setengah siang, senja, gelap tengah malam, atau dalam mimpi. Bunga tidur yang lelah.

Kemana perginya alam liar?




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Silaturrahmi waktu lampau.

Kunjungan demi kunjungan dilakukan. Lisan saling bertukar. Dan pengalaman baru yang alpa sekali aku tahu lika-likunya. Sebab menjadi orangtua dan merawat seorang bayi. Selama ini hanya terdengar lewat dialog artis-artis. Pada sekotak layar televisi. Atau pendar layar Youtube. Atau selintas tetangga yang ceritanya tak utuh didengar.

Waktu bergulir. Dan jiwa-jiwa muda dahulu yang menghamba takluk pada kebebasan. Pun akhirnya harus patuh pada skema hidup makhluk biotik: berkembangbiak.

Yang artinya individu baru. Mulanya lemah warna merah. Hendaknya dijaga hingga tangisnya reda. Laparnya kenyang. Tawanya buncah. Kotorannya hilang. Sakitnya sembuh. Sebab tanggung-menanggung jawab dipikul oleh siapa sepasang yang telah menghadirkannya ke bumi.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Pada satu dua kata sembunyi di bawah lidah. gagal meluncur ditangkap udara. justru ditelan kembali bersama saliva. sesungguhnya adalah niat aku mengajukan tanda tanya perihal keinginan yang sekuat tenaga diaminkan.

Jangan diutarakan. segala kemungkinan jawaban bagi aku mengagetkan. membuat badai. apalagi kenyataan bahwa aku tak bertanya kepada siapa pun tuan. kecuali bekas kenangan dan kelebatan masa lalu. enggan diajak bicara. mengirimkan bayang-bayang. terbang seperti layang-layang. di depan kedua belah. mata aku.

Titip salam. kepada setiap selongsong senja. mungkin saja aku akan takut menyaksikan pandang sebulat matahari tenggelam di masa akan datang. sebab kamu menyamar menjadi camar. teman matahari pulang.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sebelum seribusatu malam dan setelahnya. masih sama pula. pada gelap yang meniupkan angin memasuki jendela rumahku secara sembunyi-sembunyi. rindu yang dikemas dalam bentuk kotak, persegipanjang, bulat, atau pejal sempurna, segalanya aku terima dengan lapangdada.

Setelah malam seribu bulan tahun ini. dan sujud-sujud banyak sebelum tidur. aku masih saja memanjatkan doa setelah sekian lama, mungkin kamu sudah lupa rasanya, tapi aku masih saja meminta kepada Tuhan kita, agar kamu mengucapkan kalimat yang disahkan dan aku mengabulkannya. Amin.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Pernahkah setelah sekian lama waktu kau digunakan untuk berpikir keras mengenai suatu hal. Kau melewati berbagai jalan dan titian yang tak mudah. Siang malam membawa beban yang harus kau selesaikan. Hampir muak, hampir menyerah.

Pernahkah merasa mengerahkan seluruh kemampuan. Usaha kau hampir sempurna meskipun tetap banyak cacatnya. Berharap upaya kau mampu menjadi sebuah kepuasan dan tujuan akhir dari pencarian dari berbagai macam pertanyaan: kapan selesai, kapan memulai tahap berikutnya. Dan pembandingan demi pembandingan terus digaungkan di dekat telinga kau.

Pernahkah menelan cukup banyak kesia-siaan dalam waktu yang lama, nyatanya kau tidak mendapat apa-apa.

Terkadang apa yang kau pikir pencarian adalah menemukan hal yang nun jauh disana. Sejatinya pikiran kau terlalu rumit untuk semesta yang terlampau lebih rumit. Maka sederhanakan saja. Barangkali yang kau cari dekat sekali. Barangkali orang yang kau yakini tak sudi menawarkan bantuan adalah pundak paling kuat. Barangkali jawabannya sesederhana ini: fokus, tenangkan pikiran, jalani saja.

Sumber gambar: majalahdia.net
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Penulis tiga zaman, Nh. Dini yang tahun lalu telah tutup usia. Penulis yang banyak mengunggah sisi kekuatan wanita. Sehingga, barang siapapun yang ingin memahami seluk beluk perasaan wanita karya Nh. Dini menjadi judul mula-mula yang wajib dibaca. Demikan: saya hanya mengutip pendapat orang.

Dan pernah suatu ketika ia berjalan beriringan dengan puteranya, Padang, di sebuah trotoar panjang. Rasa syukur ia panjatkan kepada Tuhan karena telah memberikan anak yang santun. Sebab ketika sepanjang itu, kala ia lelah, anaknya sudi duduk sementara sembari menghirup udara dan mengistirahatkan lelahnya. Ia berterimakasih kepada Tuhan sebanyak-banyaknya karena telah berbaik hati untuk anugerah yang ia terima selama delapan dekade lebih umurnya.

Maka pada tahun ia menuliskan syukur kepada Tuhan di hilir halaman buku pamungkasnya. Pada tahun yang sama, ia dipanggil Tuhan karena telah habis waktu hidupnya.

Dan betapa seorang ibu dengan tulus mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kesediaan seorang anak yang sekadar menemani berjalan lurus di sependek trotoar dibandingkan dahulu kala. Ketika sang anak yang baru kenal dunia belajar cara menapakkan kaki di tanah berlarian tak kenal lelah. Sang ibu mau tak mau mengekor pandang dan mengejar sigap berulang-ulang. Sepanjang jauh jaraknya. Rasanya kala itu anak siapapun tak pernah ajukan pujian atau rasa terimakasih kepada Tuhan.

Sumber gambar: tribunnews.com

Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Pada dasarnya semua orang memang lahir sendirian, hidup sendirian, matipun tak pernah membuat janji mengajak teman atau handai taulan. Tapi mengapa dosa sering diajukan pada mereka yang gemar menyendiri, menghindari hiruk pikuk keramaian, dan kebisingan bibir-bibir banyak orang?

Sendiri bukan berarti pribadi tak menyenangkan sebab tak ada yang sudi menemani. Bukan pula karena keanehan yang mengundang miringnya pertanyaan. Sendiri artinya butuh ruang kontemplasi dan dialog dengan diri sendiri.

Ada beberapa kejadian hidup ini yang hanya bisa didamaikan lewat percakapan dua pihak yang berada pada satu raga satu jiwa. Ada saatnya mengelus dada dan membiarkan udara masuk ke rongga nafas tanpa ganggu gugat pihak lain yang tak punya kepentingan. Dialog-dialog semesta sambil memejamkan mata adalah bentuk interaksi terbaik saat dunia tak lagi ramah atau di dalam raga ada jiwa yang marah.

Suara nurani lirih yang sering diabaikan terdengar lebih jernih. Pemaknaan demi pemaknaan diterima dengan lapang. Hati yang rumit menjadi terurai persatu.

Sendiri merupakan pilihan. Sama seperti ketika kau memilih teh manis hangat atau dingin. Tak ada yang tak sedap, tergantung selera dan udara.

Tapi jangan pula lupa, sendiri terkadang mengundang rindu berbondong-bondong kepada seseorang yang susah dilupa.

Selamat menjadi Penyendiri~


Sumber gambar: poets.media
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sampai akhirnya, ia memutuskan menjadi sungai yang lebar. Ibu dari anak sungai dan nenek dari mata air. Semua orang susah dan payah. Bagaimana bisa manusia berubah menjadi abiotik seperti ini. Khayal.

Ia ingin menjadi sungai yang cokelat dan arusnya deras agar cepat sampai ke laut, payau lalu asin. Maka setiap hujan tiba baik rintik atau lebat, ia selalu berdoa agar bisa ikut menjadi butir-butir. Karena katanya, doa ketika hujan adalah kabul.

Hingga sewindu, melewati delapankali masa penghujan, ia tak juga menjadi sungai. Hanya ada anak-anak sungai air mata yang mengalir di kedua belah pipinya. Tak habis-habis.

Ia ingin menjadi sungai. Seperti kepompong menginginkan kupu-kupu, biji menjadi buah, senja menjadi malam. Dan ingatan yang ingin menjadi lupa. Sebab dulu pernah ada yang menjanjikan penghidupan namun lahirlah kata sementara yang berkembangbiak menjadi palsu.

Selamat menikmati penipuan~
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ketika dikatakan ingin menjadi sungai, jangan dikira hanya isapan jempol belaka sebab ia sangat ingin menjadi sungai dibanding dengan hutan atau persawahan.

Ia ingin menjadi sungai sebab ingin melarungkan diri ke arus dan membiarkan semesta menggiring tubuhnya menuju sungai besar, laut, lalu samudra.

Biar ia menghilang dari hiruk pikuk dan hingar bingar spekulasi palsu dari sebuah pesan bernama perasaan

Aku ingin jadi sungai,
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Semua orang punya alasan menulis. Sama seperti Pak Oc Kaligis.

Beberapa waktu lalu sebuah program stasiun TV bersama pihak lapas berkunjung menyisir bui-bui nakal. Konon katanya kamar penjara lebih mirip kamar pribadi di rumah. Ada berbagai barang-barang mewah, fasilitas olahraga, barang elektronik, meja kantor, tumpukan uang, sampai jilidan proposal. Kamar-kamar itu milik napi korupsi yang masih saja maruk meski kebebasannya sudah dimampatkan.

Tapi biarlah masalah pelanggaran menjijikkan itu menjadi urusan pihak berwenang dan jajarannya. Karena, ada yang momentual. Saat kamar Pak Oc Kaligis digeledah dan persatu barang mewahnya dikeluarkan. Wajah sepuh Pak Oc tiba-tiba naik pitam saat petugas mengambil laptopnya. Ia bilang,

"Silakan lihat tulisannya boleh, tapi kalau diambil saya ngga setuju'"

Aturan tetap aturan. Apapun alasannya tetap ada pelarangan. Pak Oc melanjutkan,

"Saya nulis gimana pak, saya mati nanti."

Huruf-huruf yang kalian saksikan. Tuts-tuts yang ditekan sama pentingnya dengan sandang, pangan, papan. Kalau dihilangkan bisa merenggut nyawa manusia.

Menulis menjadi kegiatan sakral. Sama seperti Nelson dan Pramoedya yang tetap membebaskan pikirannya menjadi anak-anak tulisan, meski badannya sedang tak bebas.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  Juni 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ▼  2019 (19)
    • ▼  November 2019 (3)
      • Perempuan
      • Laki-laki
      • Salah
    • ►  September 2019 (2)
      • Hanyut
      • Kehilangan Kata
    • ►  Agustus 2019 (3)
      • Dua Belah Kuping
      • Ombak
      • Silakan Kalau Mau Pergi
    • ►  Juni 2019 (5)
      • Melahirkan Bayi Manusia III
      • Melahirkan Bayi Manusia II
      • Melahirkan Bayi Manusia
      • Sembunyi
      • Masih Amin
    • ►  Maret 2019 (3)
      • Menyederhanakan Pikiran
      • Ibu dan Anak
      • Sendiri Enggak Dosa
    • ►  Februari 2019 (2)
      • Penipuan
      • Menjadi Sungai
    • ►  Januari 2019 (1)
      • Mari Melakukan Kegiatan Sakral
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose