Apa Kabar Indonesia?


Sumber: kaskus.co.id
 
Kembali... Cinta.” Salah satu kalimat dari sekian kalimat yang menghiasi dinding-dinding bangunan Aleppo. Sebagian besar hancur dihantam bom dan rudal. Warga Aleppo yang amat mencintai tanahnya berjanji akan kembali. Meskipun untuk saat ini dengan berat hati mereka meninggalkan tanah ibunya. Rezim Assad yang kejam memisahkan warga dan tanah Aleppo. Tempat mereka dilahirkan, tempat sanak saudara dikuburkan, tempat mimpi-mimpi diperjuangkan. Tempat kebenaran ditegakkan.

Zionis Israel menghantam bangunan dengan bom dan senjata. Anak-anak menangis kehilangan Bapak dan Ibunya. Para istri tersayat hati mendengar suaminya syahid membela Palestina untuk Islam tercinta. Darah dan air mata seperti genangan air di musim hujan. Kalau tidak karena cinta mungkin saja dengan mudahnya mereka pergi. Mencari tanah yang lebih aman dan sentausa. Bukankah Palestina milik seluruh umat muslim? Al-Aqsa yang suci di tanah Palestina seharusnya diperjuangkan bersama oleh seluruh umat muslim dunia. Namun dengan bangga rakyat Palestina menyuguhkan diri.  Sedangkan kita yang hanya termangu dan berduka sewajarnya menyaksikan berita perang Palestina di televisi.

Rosul Muhammad bersedih hati. Selama 53 tahun beliau hidup dan menginjakkan tanah di Mekkah. Tanah Mekkah yang dicintai Rasulullah harus ditinggalkan demi keselamatan. Beliau mendapatkan banyak sekali ancaman, cacian, dan makian penduduk kota Mekkah. Bahkan Rasulullah berkali-kali hampir dibunuh. Diriwayatkan bahwa pada saat pembebasab kota Mekkah, Rasulullah SAW berdiri di atas bukit Hajun, lalu bersabda “Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah sebaik-baiknya bumi Allah, dan sesungguhnya engkau adalah negeri yang paling dicintai Allah. Seandainya aku tidak di usir darimu, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu.” (Diriwayatkan dari ibnu Umar bin Adiy bin Abil Humra, dikutip dari ‘Atiq bin Ghaits al-Biladi).

Permata kebanggaan Indonesia, Bacaruddin Jusuf Habibie menorehkan tinta emas atas nama Indonesia. Cintanya terhadap tanah air membuat BJ Habibie rela melepaskan karir cemerlangnya di Jerman. BJ Habibie percaya bahwa Indonesia memiliki masa depan yang cerah sehingga ia harus kembali untuk membangun bangsanya.

Ribuan ulasan dan pendapat mengakui Indonesia sebagai surga dunia. Tanahnya subur, kondisi sumber daya alamnya makmur, lautnya menawan, daratannya tak kalah mempesona. Di negeri ini hasil bumi melimpah. Dahulu kala orang-orang asing yang meyakini adanya tembaga di sekujur tubuh gunung dan terhampar di seluruh permukaannya. Namun setelah di teliti, tidak hanya tembaga yang tersimpan, melainkan juga emas dan perak. Tambang gunung tembaga, emas, dan perak tersebut kini dikenal sebagai tambang Freeport, Papua, Indonesia. Saat ini tanah bekas galian tambang menganga besar membentuk lubang raksasa yang menggerus permukaan bumi.

Indonesia kaya akan budaya. Warna-warni tarian, makanan khas, bentuk rumah, bahasa, dan pakaian. Apakah kita mencintainya? Semoga kita mencintainya. Kini berbagai jenis batik terlihat menawan dikenakan dengan rasa bangga terhadap Indonesia. Kios-kios pinggir jalan berlomba-lomba menjual batik dengan berbagai corak warna dan motif. Berbondong-bondong masyarakat memakai batik setelah klaim perebutan oleh negara tetangga begitu membuat geram dan marah. Sebelumnya batik begitu lekat dengan stereotipe ‘ketinggalan jaman’.

Negeri ini juga aman sentausa, tak ada senjata, bom, apalagi rudal, tak ada genangan darah dan tangis, tak ada robohan bangunan yang menggunung. Namun negeri ini tetap riuh, jutaan jari menempel pada keypad handphone atau tuts laptop menyerang satu sama lain dengan berbagai lontaran yang menyakitkan hati. Aib disebar dimana-mana. Berita sepi peminat, namun gosip menyebar cepat. Penghujat social media bersembunyi dibalik akun maya. Tak punya nyali menunjukkan diri. Wajah negara kita tercermin dari moral masyarakatnya. Budaya demikian tak patut ditunjukkan oleh negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

“.....dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Qasas 28: 77).

Indonesia layaknya pisau. Pisau tersebut terbuat dari bahan yang mengkilap dan kuat. Mata pisaunya tajam pula. Harganya mahal karena bahan pisau tidak mudah didapatkan. Pisau tersebut digunakan untuk memotong dan mengiris bahan pangan dengan sempurna. Menghasilkan makanan sedap dan lezat. Namun apabila pisau tersebut tidak pernah digunakan, maka ia akan tumpul dan berkarat. Teronggok tak berguna. Bisa jadi pisau tersebut diambil orang yang bersedia merawat dengan baik dan mengasahnya setiap hari. Lantas ia membuat makanan yang lebih sedap dan lezat dari yang pernah dibuat pemilik lama. Pisau terbut layaknya kekayaan yang dimiliki Indonesia. Masyarakat lah yang memiliki peranan penting tentang kemana negeri ini akan dijalankan. Akankah negeri ini dijaga kehormatannya dan dirawat kekayaanya? Atau justru membiarkan kekayaan negeri ini  tumpul dan berkarat lalu diambil orang lain?
Rasa-rasanya Indonesia tidak sedang menunggu uji ketabahan dari Allah layaknya Aleppo atau Palestina. Ataupun pengusiran dari tanahnya sendiri seperti Rosul Muhammad ketika berhijrah. Hei, Indonesia memiliki teladan seorang Habibie yang jenius dan membanggakan. Rasa cinta tanah airnya begitu tinggi, lantas apa yang membuat kita tak mengikuti langkahnya? Allah melimpahkan rezeki untuk Indonesia, maka bukti cinta kita atas pemberian Allah tersebut adalah dengan cara bekerja keras untuk membuat negeri ini makmur atas ridho Allah. Mencinta dahulu, maka masa depan cerah negeri ini akan datang mengikuti.

You May Also Like

0 comments