• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Seringkali seseorang menyantap makanan terutama kemasan tanpa melihat dengan teliti sebenarnya makanan apa yang masuk ke dalam mulutnya. Yang kebanyakan konsumen inginkan hanyalah perut kenyang, maka hati senang. Padahal tak semudah itu, konsumen cerdas sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan produk-produk makanan yang ada di Indonesia. Berikut hal-hal yang sering orang lalaikan ketika mengkonsumsi makanan kemasan

1. Amati dengan Cermat Tanggal Kadaluarsa
Melewati batas kadaluarsa bukan hal yang bisa ditolerir. Melewati batas kadaluarsa berarti telah siap menanggung resiko penyakit. Sama saja dengan mengkonsumsi makanan basi.

2. Label Halal untuk Konsumen Muslim
Cek logo MUI di kemasan. Atau bisa juga cek produk yang ingin dikonsumsi di www.halalmui.org. Belakangan terdapat kasus mie instan asal negara luar yang masuk ke pasar Indonesia namun tak memiliki keterangan halal dan diduga mengandung komponen babi. Pasti tidak mau hal tersebut terjadi lagi kan?

3. Komposisi Bahan Penyebab Alergi
Produk yang baik biasnya menyertakan peringatan terhadap bahan-bahan yang memungkinkan memicu alergi. Bahan-bahan alergi yang biasanya dicantumkan seperti gluten dan laktosa. Konsumen juga bisa melihat secara detail di komposisi bahan pangan.

4. Label Gizi untuk Konsumen dalam Masa Diet
Label gizi merupakan bagian produk kemasan yang sangat jarang dilihat oleh konsumen. Namun sebenarnya label gizi perlu dicermati terutama bagi mereka yang sedang melaksanakan diet. Label gizi sangat diperlukan untuk menghitung kebutuhan kandungan gizi.

5. Awas bakteri Botulinum botuli
Sebagian orang mengira keadaan kaleng yang penyok merupakan kejadian biasa akibat tertumpuk oleh benda lain. Perlu sangat diperhatikan bahwa hal tersebut bisa saja disebabkan karena bakteri Botulinum botuli. Hal fatal akibat aktivitas bakteri Botulinum botuli adalah keracunan tingkat tinggi.

Menjadi konsumen cerdas bukan pilihan melainkan suatu keharusan. Rawat dirimu, melalui makanan yang masuk ke dalam tubuhmu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Nama sebenarnya adalah Suci Santi Risalah, tapi pena mengganti namanya menjadi Risalah Husna.

Hari minggu, 10 Desember 2017 Forum Lingkar Pena Bogor untuk pelatihan Pramuda angkatan 10 mengadakan pertemuan terakhir kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Menulis Media Online" oleh Kak Risalah Husan. Kak Risalah Husna merupakan seorang food and travelers blogger dan lifestyle blogger. Kak Risalah Husna telah aktif di dunia blog semenjak tahun 2014 hingga sekarang.

Media online merupakan wadah kepenulisan yang akhir-akhir ini menjadi jalur yang dipilih banyak pihak baik untuk mengunduh informasi maupun mengunggah informasi. Zaman telah bergeser, dan kebutuhan zaman pun akan lebih cenderung menuju ke arah media online dibanding media cetak atau elektronik. Peluang untuk menghidupi diri lewat media online bisa dibilang cukup besar, Kak Risalah Husna mengungkapkan bahwa seorang blogger dalam satu bulan dapat meraih imbalan sebesar harga satu buah laptop lewat tulisn-tulisan yang dimonetisasi oleh pemilik brand dalam rangka promosi. Motivasi yang cukup menarik bagi pemula yang berminat terhadap dunia blogging.

Kak Risalah Husna membagikan ilmunya dengan menarik dan bersemangat. Ia menuturkan bahwa adda 5 kaidah penting dalam menulis konten di media online. Hal ini perlu diperhatikan mengingat penulisan konten media online berbeda dengan konten-konten lain seperti esai, opini, ataupun berita media cetak.  Beberapa kaidah tersebut diantaranya adalah yang pertama menggunakan alenia pendek karena pembaca media online cenderung mengiginkan berita praktis dalam waktu yang singkat. Yang kedua mengatur jarak antar alenia. Yang ketiga format rata kiri agar mata pembaca tidak lelah. Yang keempat meng highlight kata-kata atau point yang dianggap penting. Yang kelima adalah menghilangkan indent.

Sesi akhir pertemuan terakhir, Kak Risalah Husna menceritakan kisah hidupnya dalam karir sebagai seorang blogger. Semua peserta menyimak dengan baik. Kisah hidup yang menyenangkan.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sang Pemberi Bukan Saudagar Kaya

Memberi tak harus menunggu kaya. Hanya butuh sepotong hati yang baik. Sama halnya dengan yang dilakukan seorang pedagang anakan kelinci di jalanan dramaga. Bukan pedagang besar, toh hanya pedagang jalanan yang membawa 8-10 kelinci anakan.

Dapat ditebak berapa uang yang ada di kantongnya, sebab tak seorangpun mampir dan membeli dagangannya. Semua orang berlalu lalang. Hanya sekilas melirik dan pergi. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.
 
Tatkala seorang renta lewat di depan pedagang kelinci anakan, sang pedagang mengenggam 3-4 koin receh. Menyelipkan ke tangan seorang renta, meskipun ia sendiri tak bernasib lebih baik. 
 
"Ini nek, buat nenek."
 
Sekilas terlihat kejam. Kemana manusia-manusia kaya, sementara yang miskin harus mengasihi yang miskin pula. Uang mereka yang tak banyak berpindah tangan kepada sesama yang tak berpunya. Dari kantong tipis ke kantong tipis. Siklusnya berputar.
 
Saudagar kaya sibuk di TV
 
Bapak sibuk membagi-bagikan dana kepada rekan sejawat. Lantas ia menulis serangkaian adegan yang tersusun rapih untuk mengelabuhi mata negara. Sepertinya Bapak lupa negara tak lagi dalam kungkungan kebodohan. Perlahan kami menjadi pintar.
 
Trilyunan rupiah beterbangan. Masuk ke kantong yang sudah gembung. Kantong yang salah alamat. Kartu identitas masyarakat lama sekali jadinya. Orang bilang sistemnya akan diperbaiki, terintegrasi. Tapi sampai sekarang yang digenggam hanya kartu identitas mati. Belum diperbaharui.
 
Bapak sekarang sering muncul di TV. Dengan tuduhan sebagai kepala pembagi-bagi "rezeki". Tapi Bapak dan pengacara membela diri. Bapak selalu bilang tidak tahu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sumber: kaskus.co.id
 
“Kembali... Cinta.” Salah satu kalimat dari sekian kalimat yang menghiasi dinding-dinding bangunan Aleppo. Sebagian besar hancur dihantam bom dan rudal. Warga Aleppo yang amat mencintai tanahnya berjanji akan kembali. Meskipun untuk saat ini dengan berat hati mereka meninggalkan tanah ibunya. Rezim Assad yang kejam memisahkan warga dan tanah Aleppo. Tempat mereka dilahirkan, tempat sanak saudara dikuburkan, tempat mimpi-mimpi diperjuangkan. Tempat kebenaran ditegakkan.

Zionis Israel menghantam bangunan dengan bom dan senjata. Anak-anak menangis kehilangan Bapak dan Ibunya. Para istri tersayat hati mendengar suaminya syahid membela Palestina untuk Islam tercinta. Darah dan air mata seperti genangan air di musim hujan. Kalau tidak karena cinta mungkin saja dengan mudahnya mereka pergi. Mencari tanah yang lebih aman dan sentausa. Bukankah Palestina milik seluruh umat muslim? Al-Aqsa yang suci di tanah Palestina seharusnya diperjuangkan bersama oleh seluruh umat muslim dunia. Namun dengan bangga rakyat Palestina menyuguhkan diri.  Sedangkan kita yang hanya termangu dan berduka sewajarnya menyaksikan berita perang Palestina di televisi.

Rosul Muhammad bersedih hati. Selama 53 tahun beliau hidup dan menginjakkan tanah di Mekkah. Tanah Mekkah yang dicintai Rasulullah harus ditinggalkan demi keselamatan. Beliau mendapatkan banyak sekali ancaman, cacian, dan makian penduduk kota Mekkah. Bahkan Rasulullah berkali-kali hampir dibunuh. Diriwayatkan bahwa pada saat pembebasab kota Mekkah, Rasulullah SAW berdiri di atas bukit Hajun, lalu bersabda “Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah sebaik-baiknya bumi Allah, dan sesungguhnya engkau adalah negeri yang paling dicintai Allah. Seandainya aku tidak di usir darimu, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu.” (Diriwayatkan dari ibnu Umar bin Adiy bin Abil Humra, dikutip dari ‘Atiq bin Ghaits al-Biladi).

Permata kebanggaan Indonesia, Bacaruddin Jusuf Habibie menorehkan tinta emas atas nama Indonesia. Cintanya terhadap tanah air membuat BJ Habibie rela melepaskan karir cemerlangnya di Jerman. BJ Habibie percaya bahwa Indonesia memiliki masa depan yang cerah sehingga ia harus kembali untuk membangun bangsanya.

Ribuan ulasan dan pendapat mengakui Indonesia sebagai surga dunia. Tanahnya subur, kondisi sumber daya alamnya makmur, lautnya menawan, daratannya tak kalah mempesona. Di negeri ini hasil bumi melimpah. Dahulu kala orang-orang asing yang meyakini adanya tembaga di sekujur tubuh gunung dan terhampar di seluruh permukaannya. Namun setelah di teliti, tidak hanya tembaga yang tersimpan, melainkan juga emas dan perak. Tambang gunung tembaga, emas, dan perak tersebut kini dikenal sebagai tambang Freeport, Papua, Indonesia. Saat ini tanah bekas galian tambang menganga besar membentuk lubang raksasa yang menggerus permukaan bumi.

Indonesia kaya akan budaya. Warna-warni tarian, makanan khas, bentuk rumah, bahasa, dan pakaian. Apakah kita mencintainya? Semoga kita mencintainya. Kini berbagai jenis batik terlihat menawan dikenakan dengan rasa bangga terhadap Indonesia. Kios-kios pinggir jalan berlomba-lomba menjual batik dengan berbagai corak warna dan motif. Berbondong-bondong masyarakat memakai batik setelah klaim perebutan oleh negara tetangga begitu membuat geram dan marah. Sebelumnya batik begitu lekat dengan stereotipe ‘ketinggalan jaman’.

Negeri ini juga aman sentausa, tak ada senjata, bom, apalagi rudal, tak ada genangan darah dan tangis, tak ada robohan bangunan yang menggunung. Namun negeri ini tetap riuh, jutaan jari menempel pada keypad handphone atau tuts laptop menyerang satu sama lain dengan berbagai lontaran yang menyakitkan hati. Aib disebar dimana-mana. Berita sepi peminat, namun gosip menyebar cepat. Penghujat social media bersembunyi dibalik akun maya. Tak punya nyali menunjukkan diri. Wajah negara kita tercermin dari moral masyarakatnya. Budaya demikian tak patut ditunjukkan oleh negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

“.....dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Qasas 28: 77).

Indonesia layaknya pisau. Pisau tersebut terbuat dari bahan yang mengkilap dan kuat. Mata pisaunya tajam pula. Harganya mahal karena bahan pisau tidak mudah didapatkan. Pisau tersebut digunakan untuk memotong dan mengiris bahan pangan dengan sempurna. Menghasilkan makanan sedap dan lezat. Namun apabila pisau tersebut tidak pernah digunakan, maka ia akan tumpul dan berkarat. Teronggok tak berguna. Bisa jadi pisau tersebut diambil orang yang bersedia merawat dengan baik dan mengasahnya setiap hari. Lantas ia membuat makanan yang lebih sedap dan lezat dari yang pernah dibuat pemilik lama. Pisau terbut layaknya kekayaan yang dimiliki Indonesia. Masyarakat lah yang memiliki peranan penting tentang kemana negeri ini akan dijalankan. Akankah negeri ini dijaga kehormatannya dan dirawat kekayaanya? Atau justru membiarkan kekayaan negeri ini  tumpul dan berkarat lalu diambil orang lain?
Rasa-rasanya Indonesia tidak sedang menunggu uji ketabahan dari Allah layaknya Aleppo atau Palestina. Ataupun pengusiran dari tanahnya sendiri seperti Rosul Muhammad ketika berhijrah. Hei, Indonesia memiliki teladan seorang Habibie yang jenius dan membanggakan. Rasa cinta tanah airnya begitu tinggi, lantas apa yang membuat kita tak mengikuti langkahnya? Allah melimpahkan rezeki untuk Indonesia, maka bukti cinta kita atas pemberian Allah tersebut adalah dengan cara bekerja keras untuk membuat negeri ini makmur atas ridho Allah. Mencinta dahulu, maka masa depan cerah negeri ini akan datang mengikuti.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sumber: bogordaily.net
 
 
Macet merupakan nama belakang dari sebuah dareah pinggir Kabupaten Bogor yang bernama Dramaga. Kemacetan di Dramaga bukan hal yang baru bagi masyarakat sekitar. Bertahun-tahun lamanya, warga dipaksa menikmati kemacetan Bogor yang tiada mengenal waktu baik siang ataupun malam hari. Jalanan penuh sesak ditambah dengan asap knalpot yang mengepul menimbulkan hawa panas.
 
Berbagai kendaraan mulai dari angkot, mobil, sepeda motor, bis, sampai truk pengangkut sampah berlalu lalang sesak memenuhi jalanan Dramaga.  Kemacetan paling parah terjadi ketika rush hour yakni jam 7-8 pagi dan jam 4-6 sore dimana pegawai kantor dan anak-anak sekolah sedang berangkat dan pulang. Pada saat itu, jalanan Dramaga tak bisa 'dibelah', semua pengendara berlomba-lomba sampai tujuan dengan cepat tanpa mengindahkan lajur masing - masing sehingga memperparah kemacetan.
 
Titik-titik rawan terjadi di sepanjang jalan kampus Dramaga IPB sampai perempatan Laladon, terutama  pada persimpangan tanpa lampu merah. Persimpangan tersebut yang hanya dijagai oleh 3-4 orang sebagai pihak yang membantu memperlancar arus lalu lintas. Ada beberapa yang tanpa meminta balas jasa, namun ada juga yang menyediakan 'keclengan' sebagai bentuk permintaan imbalan.
 
"Macet bikin habis waktu di jalan. Belum ditambah stres habis kuliah lalu ditambah juga stres dijalan, jadi stresnya numpuk." ujar mahasiswi IPB pengguna angkot.
 
Pemerintah belum memberikan solusi efektif sampai saat ini. Perlu ditemukan inovasi baru untuk mengatasi masalah kemacetan Dramaga. Meskipun Dramaga merupakan daerah pinggir Kabupaten Bogor yang bukan wajah utama daerah Bogor, namun pemerintah perlu meletakkan perhatian lebih kepada daerah yang menjadi pusat pendidikan di Bogor ini.
 
 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Jurnalistik berawal dari acta diurna yakni semacam tulisan stupa.

Hari minggu, 27 November  2017 Forum Lingkar Pena mengadakan pertemuan kelima kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Jurnalistik" oleh Bang Ilham. Bang Ilham merupakan seorang jurnalis yang telah memilik jam terbang tingi. Pertemuan kali ini lebih banyak mengedepankan sesi diskusi dibandingkan dengan sesi-sesi sebelumnya yang cenderung satu arah.

Bang Ilham memberikan sedikit paparan awal mengenai sejarah jurnalistik di dunia yang berawal dari Romawi dan Cina. Saat ini kiblat jurnalistik mengarah ke negara Amerika dan Eropa ditandai dengan kulitas jurnalistik yang baik serta kode etik jurnalistik yang lebih holistik dan komprehensif. Bang Ilham juga menuturkan bahwa saat ini jurnalistik telah berkembang pesat dan lebih menyasar pada media online. Lambat laun media cetak akan ditinggalkan karena tak sesuai dengan zaman.

Secara teknis, Bang Ilham menerangkan hal-hal terkait menulis berita, yang pertama adalah verifikasi dan objektivitas. Setiap penulis berita harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan rasa curiga. Yang kedua adalah orisinalitas, berita yang ditulis membutuhkan orisinalitas sebagai ciri dari karakter penulis kecuali dalam penulisan press release. Yang ketiga adalah kelengkapan berita, informasi yang sepotong-potong akan menimbulkan bias penafsiran. Yang keempat adalah transparansi sebagai salah satu bagian terpenting menyangkut masalah kode etik jurnalis, setiap penulis berita wajib mencantumkan sumber informasi secara jelas. Yang kelima adalah keadilan serta tak memihak pihak manapun.

Bang Ilham membuka sesi diskusi di akhir pertemua. Diskusi berjalan panjang, para peserta antusias dengan dunia jurnalis di Indonesia terutama mengenai praktik-praktik curang yang dilakukan oleh sebagian oknum tak bertanggung jawab serta akibat dari lemahnya kode etik jurnalistik di Indonesia.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Skenario film merupakan bule print sebuah rumah, sedangkan film merupakan rumahnya.

Hari minggu, 19 November 2017 Forum Lingkar Pena mengadakan pertemuan keempat kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Menulis Skenario Film dan Teater". Pemateri pertemuan keempat adalah seseorang yang spesial dimana ia telah malang melintang di dunia kepenulisan skenario film maupun sinetron. Salah satu judul sinetron ternama yang pernah ia garap yaitu Tukang Ojek Pengkolan yang tayang secara rutin di salah satu media TV besar di Indonesia. Ia adalah Pak Soket. Peserta Pamuda FLP Bogor angkatan 10 terlihat sangat antusias dengan materi pertemuan keempat.

Pak Soket membuka materi dengan gambaran umum perfilman di Indonesia dengan perfilman di luar negeri. Untuk saat ini perfilman dunia sedang berkiblat menuju perfilman Amerika atau perfilman Hollywood. Pak Soket juga menunjukkan beberapa judul film yang direkomendasikan untuk ditonton karena segi alur cerita dan pembuatan filmnya yang bagus. Beberapa film yang direkomendasikan Pak Soket untuk ditonton adalah Something About Marry dan Pretty Woman.

Teknik-teknik dasar dalam pembuatan film dan penyusunan skenario dikupas tuntas oleh Pak Soket. Langkah-langkah dalam penyusunan skenario yang pertama adalah riset yang merupakan akar cikal bakal keseluruhan isi film. Yang kedua adalah ide serta penokohan. Yang ketiga adalah sinopsis, berbeda dengan sinopsis buku, sinopsis film merupakan gambaran ide keseluruhan film yang bisa dibaca sekali duduk. Yang keempat adalah scene plot. Yang kelima adalah skenario yang merupakan hasil akhir meliputi cerita dan setting  detail.

Pada akhir sesi, antusiasme peserta Pramuda FLP Bogor meningkat. Peserta melemparkan banyak sekali pertanyaan kepada Pak Soket, tak hanya mengenai skenario film tetapi juga skenario teater. Pak Soket juga memberikan tantangan berupa penulisan sinopsis film yang akan dinilai secara langsung oleh Pak Soket dan penulis skenario terbaik akan diberikan reward.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Judul : Rectoverso
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan : Kesepuluh, September 2016
Tebal : ix + 170 halaman
ISBN : 978-602-7888-03-6

Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu ku gapai sebatas punggungnya saja. Sesorang yang cuma sanggup ku hayati bayangannya dan tak akan pernah ku miliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggung mengejar. ~Rectoverso hal. 52
Kemalangan mengenai cinta yang tak terucap merupakan kisah klise namun tetap menjadi cerita sedih yang santar ingin didengar oleh orang-orang. Berbagai latar belakang diambil oleh Dee sehingga membuktikan bahwa jenis perasaan seperti ini sangat mungkin dirasakan oleh semua pihak tak terkecuali.

Sebelas cerita pendek dan sebelas lagu ditulis Dee dengan tujuan memberikan inovasi berupa perpaduan apik antar buku dan musik. Percampuran antara dua hal tersebut memberikan kesan unik dan melankoli tersendiri. Dee merangkai cerita dengan kelogisan yang baik sehingga pembaca membaca cerita Dee secara mengalir serasa seperti menjadi bagian dari cerita bukan hanya penikmat semata.

Dee menampilkan orisinalitasnya di setiap cerita. Dari 11 cerita pendek Rectoverso, keseluruhan cerita tidak menimbulkan bias ide satu sama lain. Setiap cerita memiliki ciri khasnya masing-masing. Seperti salah satu judul cerita pendek yaitu "Malaikat Juga Tahu" yang bercerita mengenai seseorang yang memiliki kelainan jiwa namun sejatinya ia tetap memiliki rasa cinta dan diutarakan dengan caranya sendiri. "Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta....." ~ Rectoverso hal. 18.

Selain itu juga ada beberapa cerita Dee pada Rectoverso yang menunjukkan sisi orisinalitasnya yakni pada cerita "Aku Ada" yang menceritakan dimensi lain setelah kehidupan yang sejatinya masih ada, serta "Firasat" yang menampilkan sisi lain dalam jiwa seseorang, yakni ada beberapa orang yang 'diwarisi' perasaan tajam yang merupakan indikasi suatu kejadian.

Secara fisik, Rectoverso memiliki tampilan yang menarik terlebih setelah edisi terbaru diproduksi. Baik dari cover maupun layout  Rectoverso telah sesuai dengan konten cerita. Namun dari segi penjilidan, buku Rectoverso tidak memiliki kualitas yang baik. Hanya selang beberapa hari setelah pembelian, satu per satu jilidan buku terlepas sehingga kertas berceceran. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pembaca.

Secara keseluruhan, Rectovesro layak untuk dibaca namun dengan catatan tambahan bahwa pembaca harus diatas 18 tahun karena terdapat satu cerita yang berjudul "Cicak di Dinding" dengan isi cerita yang sedikit 'dewasa'. Rectoverso merupakan paket lengkap sebuah buku, cocok untuk pembaca yang sedang butuh entertain dari sebuah buku.








Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Buku seharusnya mengingatkan kita kepada langit dan mega, kepada kisah dan keabadian, melupakan aku pada pisau dan tali, melupakan kepada bunuh diri
~ Soebagio Sastrowardojo, Sastrawan

Hari minggu, 12 November 2017 Forum Lingkar Pena mengadakan pertemuan ketiga kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Resensi Buku dan Film" bersama Kang Usup Supriyadi meskipun dalam pembahasan lebih banyak pemaparan mengenai resensi buku dibandingan film. Kang Usup memaparkan contoh-contoh resensi dari sumber-sumber ternama seperti basabasi.co. Contoh peresensi yang telah terkenal berdasarkan hasil resensinya yakni Ulil Ansor.

Pembukaan dari Kang Usup mengenai gambaran resensi telah cukup mengantar pramuda FLP Bogor angkatan 10 untuk melihat sekilas mengenai definisi resensi. Secara definitif, resensi merupakan penulisan kembali apa yang telah diserap dan memberikan komentar. Secara bahasa resensi berarti melihat kembali, menimbang, dan menilai.

Kang Usup menjelaskan bahwa dalam penulisan resensi perlu diperhatikan hal-hal diantaranya yang pertama adalah judul resensi yang dipilih berbeda dengan judul buku. Yang kedua adalah Kartu Tanda Buku (KTB) yang wajib ada di setiap resensi. Yang ketiga yakni kalimat pembuka, dimana diperlukan kutipan yang menarik atau bisa berisi latar belakang penulisan buku. Yang keempat adalah isi bahasan yang merupakan inti dari ulasan resensi yang berisi kekurangan dan kelebihan buku. Yang kelima adalah penutup yang merupakan kesimpulan mengenai kelayakan buku tersebut untuk dibaca. Sedangkan resensi film pada dasarnya memiliki teknik yang sama dengan resensi buku.

Pada akhir sesi, Kang Usup memberikan waktu kepada Pramuda FLP Bogor angkatan 10 untuk melakukan resensi buku yang telah dibawa sebelumnya. Peserta Pramuda dengan antusias melakukan resensi buku yang selanjutnya akan diulas dan dikoreksi oleh Kang Usup.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kisah Yusuf yang penuh tantangan. Hidupnya dihujani dengan fitnah dan ujian. Saudara yang tak mengiginkannya, digoda oleh perempuan istri Tuannya, sampai dipenjara karena dosa yang sejatinya tak pernah Yusuf lakukan.
Cerita Nabi Yusuf yang abadi tertulis nyata di dalam Al-Qur'an yang agung merupakan kisah paling baik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Hari minggu, 5 November 2017 Forum Lingkar Pena mengadakan pertemuan kedua kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Ayo Menulis Fiksi" bersama Ibu Sih Wikan. Ibu Sih Wikan merupakan seorang yang ahli di bidang fiksi khususnya cerpen dan novel. Terbukti, Ibu Wikan telah berhasil menulis sebuah buku dengan judul Cinta Haramain.

Berbagai teknik menulis terutama menulis cerpen dipaparkan. Mulai dari teknik-teknik dasar menulis cerpen hingga motivasi untuk mengembalikan tujuan awal dalam penulisan cerpen, yakni menyampaikan pesan baik dan Qur'ani. Beberapa tips agar cerita yang ditulis menjadi menarik diantaranya yang pertama adalah memilih konflik yang dilatarbelakangi oleh riset yang mendalam dan kekinian. Yang kedua adalah menggunakan kalimat pembuka yang menarik, sehingga pembaca tidak merasa bosan di awal cerita. Yang ketiga adalah menggunakan logika cerita dengan masuk akal, dengan begitu cerita akan terasa lebih nyata. Yang keempat adalah menyampaikan nilai-nilai atau amanan, inti dari sebuah cerita yakni nilai-nilai yang disampaikan. Yang kelima adalah memilih ending yang tak tertebak agar cerita membekas di hati dan pikran pembaca.

Ibu Wikan memberikan tantangan kepada pramuda FLP angkatan 10 untuk menulis cerpen secara mendadak menggunakan plot yang telah ditentukan. Dua karya terbaik akan dipilih dan diberikan reward langsung dari Ibu Wikan berupa buku hasil karangannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  Juni 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ▼  2017 (44)
    • ▼  Desember 2017 (10)
      • Cek Makanan Kemasan Anda
      • Reportase 7 (Media Online)
      • Mengharap Tangan Ringan Para Konglomerat
      • Apa Kabar Indonesia?
      • Memimpikan Dramaga Anti Macet
      • Reportase 5 (Jurnalistik)
      • Reportase 4 (Skenario Film dan Teater)
      • Kisah Antarmuka
      • Reportase 3 (Resensi Buku dan Film)
      • Reportase 2 (Cerpen dan Novel)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose