Memastikan rasa
Virtuoso khusyu berdansa dengan not dan balok menyerahkan diri pada orkestra dan panggung yang menjagadraya
Sesekali aku mendengarkan klasik yang empirik, melayu yang mendayu, atau bahkan dendangan picisan yang murahan
Sebelumnya aku tak paham abu-abu yang setengah tambun setengah kurus kering, setengah hitam tapi memberikan ruang untuk putih
Juga mengapa orang-orang tak pasti menentukan pilihan, tak pandai, tak yakin. Si peragu kalau nenek bilang.
Namun sekarang aku buncit karena kenyang dituduh si peragu yang amat lamban memaknai rasa: itu harapan atau sekadar keadaan yang wajar?
0 comments