Sudah satu pekan aku menempel di dekat jendela meninggalkan ceruk rantau dan berbincang ringan dengan debu yang menempel, darimana ia berasal
Tetiba ia menangis di tengah kejumudan kami yang berjalan lama, hujan
Syahdan debu luruh dibasuh bergabung dengan kawan nya di atas tanah atau masuk ke dalam bumi
Apakah baik-baik saja, tanyaku kepada bulir hujan yang ke sekian, namun kosong dan menderas: kami memang bersiklus katanya.
Sama seperti kawanan kayu, api, dan abu
Sudah seharusnya demikian, begitu pula perasaan
Sungguh jika tak mau jatuh maka jangan memutuskan untuk memberikan sauh, jangan sekali-kali. Kelak kau juga akan lumpuh juga mabuk.
Maka siap siap saja menghadapi siklus,
Bilang saja pada hati, ini saatnya menguatkan diri