Percakapan
Badai mengaduk aduk kota. Menerbangkan atap rumah dan menumbangkan pohon. Kami semua gemetaran menyaksikan dari kejauhan. Lantas bergegas pegi sebelum angin sampai disini.
"Ayo cepat pergi!" Kataku menarik pergelangan tanganmu.
"Kau duluan."
"Kau pikir ini adegan film? Ini bencana kawan! Ayo pergi!"
"Aku sedang menyaksikan percakapan kita malam tadi."
"Apa maksudmu? Aku tidak sedang ingin bernostalgia."
"Berpura puralah menjadi air. Aku juga akan berpura pura menjadi angin." Aku menunjuk udara. "Argumen yang kemarin kau bela mati matian, apa masih hidup? Bawa dia kemari. Hadirkan dia disini."
"Apa maksudmu?"
"Kemarin kau mematahkan argumenku kawan. Lalu menaikkan argumenmu sendiri tinggi tinggi. Lalu aku lagi membalas tajam dengan argumenku. Lantas kau tak terima. Lantas kau hancurkan argumenku kembali. Kau agungkan argumenmu lagi seolah olah kau raja dan aku hambamu." Kau menerwang jauh. Badai semakin dekat.
"Sudahlah. Apa yang kau maksudkan?"
"Meskipun aku terlihat meyerah. Tapi semalaman utuh, hatiku ramai sekali. Menyerangmu habis habisan."
*berlanjut
0 comments