• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Aku tak suka pada senja
Semua orang me magiskan oranye senja
Seperti bohlam raksasa yang lupa dimatikan

Kau suka senja
Bagimu oranye ini adalah hasil pertemuan singkat siang dan malam

Aku tak suka genangan air hujan
Ia hanya menghalangi tapak kaki
Memisahkan kaus kaki dan sepatu esok hari

Kau suka genangan air
Bagimu ia adalah pertemuan singkat tetes hujan dengan permukaan bumi
Sebelum hilang berlari menempati siklus air selanjutnya

Tapi aku dan kau suka daun hijau yang masih menggulung
Lilin-lilin mengkilat cantik menghias permukaannya
Dan harapan-harapan mulai ditebak di balik kehadiran pertamanya di bumi
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Seseorang dari balik punggung Gendhis muncul. Kedatangannya mengejutkan dengan dahi berkerut dan air muka yang terkejut. "Maafkan aku." Dia berkata lirih. Sunyi. Ketiganya sunyi. Nayla dan laki-laki itu punya alasan untuk diam. Tapi aku tak punya alasan untuk tetap berada dalam sepi ini. Lebih tepatnya berada diantara ketiganya.

"Tak apa. Ini bukan sesuatu yang penting untuk kau ajukan kata maaf."

"Aku lega. Sedikit banyak kau tahu isi hatiku."

"Menurutmu aku memang seharusnya keluar dari pintu samping?"

"Iya. Secepatnya. Sebelum kau terluka banyak."

"Kau membuat luka itu semakin menganga."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?"

"Baiklah aku akan mundur."

"Bagus."

Nayla melangkah menjauh. Aku melihat bahunya sedikit terguncang. Tapi laki-laki di hadapanku tampaknya tak memperhatikan.

-to be continue-
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Semuanya akan menjadi lebih baik jika huruf-huruf ini yang berbicara
Bukan lidah dan mulut yang penuh keluh dan dosa
Huruf-huruf yang akan menjadi kawan
Saat terik, mendung, purnama, gerhana, gelap, dingin, dan hujan
Mereka memeluk erat-erat, memberi hangat

Jika kau tak punya seseorang yang cukup bijak menasehati
Bukankah lebih baik bait-bait ini
Pelipur hati

Akan ku gulung sungai
Ku tiup angin matahari
Ku genggam petir
Aku melakukannya dalam kalimat ini
Dimana kau bebas terbang
Bersama impianmu
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
“Aku adalah bayang-bayang orang lain. Kau memang tersenyum padaku. Tapi senyum samar dan semu. Sedang aku menganggapnya tak lain bahwa itulah kau. Kau dengan cinta namun dibungkus dingin. Tapi itu cinta. Seharusnya cinta.” 

“Aku hanya perlu mundur perlahan, Fir. Aku hanya perlu keluar dari pintu samping"

-to be continue-
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Di bawah pendar lampu jalan, aku bertanya padanya. Tentang apa yang membuatnya pasi seperti ini. Dia rintih menjawab seperti berbisik, “Aku takut ketika suhu badannya tinggi dan menggigil. Dan dia memulai halusinasinya. Benar juga. Berkali-kali dia menyebut nama orang lain. Tapi memegang tanganku. Aku tak pernah merasa ketulusan seperti ini sebelumnya. Dia menyebut nama perempuan itu berkali-kali. Sampai air mata menitik jatuh satu butir di keningnya. Aku tak berusaha menghapusnnya. Karena aku sibuk menghapus air mataku yang lebih deras.”

-to be continue-
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Aku tak mampu menyebutkan namanya
Tapi pernahkah kau melihat awan menjadi lebih biru
Seperti laut di atas kepalamu
Atau bulan yang terlihat jelas menjadi emas
Bukan lagi magis tapi pendar menawan

Aku tak mampu menyebutkan namanya
Tapi aku takut kalian salah kira
Jadi akan ku sebutkan
Jika saatnya telah tiba
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pecahkan saja gelasnya
Pecahkan kaca
Pecahkan keramik
Bisingkan lantai

Semuanya akan meng amarah
Tak lagi ramah....
.....tapi marah

#kata pertama adalah kutipan puisi AADC
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Aku berlari menembus abu abu
Naik ke mesin waktu
Aku rindu saat ibu memberi air putih dalam gelas plastik
Walau hanya seperempat isinya
Dahagaku ajaibnya dengan mudah sirna

Aku masih ingat bau sabun cuci yang masih menempel di dinding gelas
Aku masih ingat ketika ibu menyeka ceceran air di mulutku dengan ujung bajunya yang wangi
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dia mengira dia adalah singa bersurai emas
Yang pantas mengaum di lebat rimba
Curam bukit
Lava merapi merah menganga 
Dia mendeklarasikan bahwa dirinyalah citah berlari kencang
Menembus ilalang
Lompat diantara tebing

Ia berjalan mendekati danau
Menghela nafas
Menengguk air
Memandang tenang permukaan air
Duhai betapa kecewanya
Yang ditatap nyatanya wajah itik buruk rupa
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ada ribuan huruf yang telah menari di atas jemariku
Atau jemariku yang menari di atas mereka
Aku menempatkannya pada panggung yang hebat
Dengan kerlap kerlip cahaya
Dan musik yang mengalun syahdu
Mereka menapakkan kaki kaki mereka rapat
Mulai menari indah laksana angsa yang membelah danau
Dan singa yang menanjak tebing

Kami berlatih setiap hari
Entah hujan
Entah guntur
Entau badai
Kami tetap menari

Naas, saat yang ditunggu tiba tiba porak dan poranda
Huruf huruf itu keluar dari pintu samping
Mereka hanya pemeran sampingan
Bukan pemeran utama
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Merindupun ia tak berani
Ada selaksa rasa yang ia bungkam 
Tenggelam di dasar hati
Meringkuk bungkuk

Ada perasaan yang saling berdebat
"Rindu tak disuarakan hanya oleh mereka mereka yang meragu"
"Lantas apa yang terjadi dengan rindu bila ia disuakan?"
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  Juni 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ▼  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ▼  Maret 2016 (11)
      • Harapan Muda
      • Seperempat Hati part III
      • Bait
      • Seperempat Hati part II
      • Seperempat Hati
      • Anda
      • Bebat
      • Seperempat Gelas
      • Itik Buruk Rupa
      • Pemeran Sampingan
      • Rindu yang Kerdil
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose