• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Kau adalah temanku, sampai sekarang begitu engkau di hatiku, bahkan semakin sempurna aku mengimaji sosok mu
Aku selalu menginginkan bahwa kaupun begitu, apakah aku masih layaknya teman di hatimu? Seperti saat kita dulu berkarib
Senyum yang mengembang bahagia di wajahmu itu dulu kami yang punya. Aku, kau, dan kawan kita lainnya. Namun sekarang itu milikmu dan kawan yang baru
Aku bukan lagi yang selalu datang padamu, bukan lagi yang mengeluhkan kisah dan menangis, bukan lagi yang kau ajari angka dan rumus itu
Saat aku bilang butuh harapan, kau memberinya sewindu kemudian
Saat aku sesak karena luka, kau memberinya penawar saat hampir kering
Saat aku meminta kau dengarkan impian yang telah berhasil ku lafalkan satu per satu, aku harus menunggu sampai impianku hampir terwujud oleh lecutanku sendiri

Sekeras apapun hatiku memaksa, keadaan tak mampu terulang kedua kalinya, setidaknya waktu yang tak memberiku izin. Pun aku meratap seiba-ibanya, aku hanya akan membuat hati semakin lelah dan kecewa.

Hanya satu hal yang saat ini menjadi pengertian baikku dan akan selalu ku ulang-ulang pengucapannya. Seseorang punya tempat masing-masing di hatimu. Ada yang di sudut, ujung, tengah, pinggir, hakikatnya sama. Dan aku yakin, aku juga punya tempat sendiri
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Adakah seseorang yang sudi memakan apel berkulit buruk namun berdaging sempurna?
Adakah seseorang yang bersedia memakai baju compang namun nyaman luar biasa?
Adakah seseorang yang menerima sekotak kusam namun berisi permata dan berlian?

Ada. Bagi mereka yang menggunakan perasaan dengan baik. Bukan dengan indra palsu.
Manusia bukan apel, atau baju, atau kotak.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Perasaan itu seperti karung
Jika kau membiarkan apapun masuk, maka masuklah ia
Penuh dengan rupa-rupa benda
Jika omongan buruk masuk, maka masuklah paku berkarat, sampah, buah busuk
Semakin lama semakin menumpuk
Dinding-dinding karung pecah oleh gesekan paku, rembesan air sampah, atau gas buah busuk
Maka seperti itulah perasaan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ia tak pernah benar-benar menyaksikan wajah
Hanya dari balik punggung ia menerka-nerka
Seperti apa senyumnya, seperti apa matanya
Ia sadar, punggung itu semakin lama semakin menjauh
Tenggelam bersama matahari senja di ujung barat laut
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ada yang makan hari ini sekali besoknya sama sekali
Pun hari ini dengan menu 'mewah' Nasi, Garam, dan Minyak sisa goreng terasi
Atau jika beruntung, ada 'paket special' kerupuk yang menciut karena lembab
Di bawah atap yang merembes air tiap kali hujan
Beralas kardus yang basah dan robek tiap kali kaki terlalu keras menapak
Jejak telapak itu harus berjinjit pelan melangkah

Ada yang hari ini sekali. Iya sekali. Sekali pagi, sekali siang, sekali malam, sekali pertengahan pagi dan siang, sekali pertengahan siang dan malam
Lengkap dengan makan pembuka, makanan inti, dan makanan penutup
Diserok dengan sendok dan garpu perak
Di atas meja-meja emas dan taplak merah maron serta gaung biola dan musik klasik
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Di depan ada seonggok makanan dan seteguk air
Tapi....

Ada yang mengeluh karena kantong paket ayam goreng super jumbonya tak ada sachet saus tomat, hanya dua sachet saus cabe. Membual panjang lebar tentang saus tomat sampai mengumpati rumah makan tempatnya membeli.

Ada yang tersenyum riang karena hari ini ia mendapat jatah dua potong tempe goreng, sepotong lebih banyak dari hari kemarin
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Jika bumi dianalogikan dengan warna
Sungguh banyak hitam dan putih

Kau pernah lihat bagaimana gembulnya perut manusia dengan tusuk gigi yang mencungkil-cungkil?
Tapi coba tengok sisi bumi lain
Sama-sama gembul. Tapi gembul ini diisi dengan cacing, isi rusuknya melorot ke bawah sampai tulang dada mengerat-erat lekat sekali.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pemahaman perasaan dewasa ini, bukan lagi seperti pemahaman dangkal yang dikoarkan remaja tanggung
Perasaan cinta tak sekadar perhatian (omong kosong) dan kata-kata (bualan)

Hari ini, dinding-dinding hati manusia semakin tebal
Tak lagi permeabel dan dengan mudahnya racun-racun itu masuk

Pemahaman tentang rasa suka itu berbeda
Ia adalah proses yang panjang. Penuh dengan pembuktian. Masalah dan penyelesaian.
Bukankah di luar sana beribu rasa suka dilontarkan begitu saja?
Namun pada ujungnya hanya berakhir dengan penyesalan tentang kesalahan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Privasi itu omong kosong bung
Aku benci jika gaduh itu menyelundup ke sarang dan memecah kedamaian
Aku benci jika pecah bising itu mengacaubalaukan permukaan
Aku benci jika hiruk dan pikuk berkolaborasi mengukuhkan berisik

Aku tak mampu mendengar semilir angin yang bertiup
Apalagi ujung jarum yang jatuh dan berdenting

Tuhan, aku benci onar
Ingin ku seret dia menjauh dan ku asingkan ke ekor komet
Biarlah dia berjalan dan berjalan
Menembus langit dan semesta yang tanpa ujung

Dadaku berdebam muak
Tanganku mengepal capai
Ya, lelah.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Aku ingin menyerahkan sekotak maaf
Yang warnanya abu-abu
Lalu ku berikan dengan wajah tertunduk malu dan rasa bersalah hebat membebat

Entah, apakah dia sudi menerima atau tak
Lalu aku tepuk halus punggungnya
Dan mengucapkan lirih kata maaf
Dia terdiam
Aku mundur selangkah

Maafkan aku, hatiku sendiri

~Menelan Udara Baru~
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Hujan pertama
Bulir-bulirnya jatuh seumpama doa yang terkabul
Dan wangi tanah semerbak menguap
Bukankah salah satu doa yang ter ijabah adalah doa saat hujan turun ke bumi?
Mungkin wangi itu seraya naik ke langit membawa doa-doa baru
Melewati perak rembulan, bintang bersinar, dan pekat malam
Lalu sampai di hadapan Tuhan Pemilik Langit Bumi Serta Segala Yang Ada Diantara Keduanya
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tak pernah disangka
Dan baru tersadar
Di dalam tubuh ini ada hati yang kecil
Hati yang kerdil
Ciut hanya dengan hembusan angin
Apalagi hempas badai yang luluh lantak

Dalam prasangka air itu nampak dingin
Sekali jemari menyentuh, sontak membekukan kuku
Lalu membiru dan kaku bergerak
Duhai, prasangka mengalahkan segalanya
Menekan nalar menenggelamkan logika
Nyatanya....
Air itu hangat
Yang menjalar dari ujung tangan lalu naik ke ubun-ubun dan turun ke ujung kaki
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Aku akan terus berjalan di bawah hujan
Karena tak ada seorangpun yang tahu
Aku sedang menahan tangis di balik bulir hujan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Apakah arti sebuah pengorbanan?
Apakah semua pengorbanan menuntut air mata?
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
 
Cerita mengapa susah menemukan telinga yang bisa mendengar dengan benar dan pundak yang menopang tegap?
Lalu mau dibawa kemana beban yang menusuk-nusuk dalam dada?
Tetap disimpan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Senja...
Mana mungkin aku melupakannya
Saat kau dengan tega mengatakan kepergianmu
Lugas dan tegas aku mendengarnya
Setiap kata-kata mu aku telan sebisaku
Entah tersedak atau menyangkut di tenggorokan
Semua harus dimasukkan ke dalam perut
Supaya kau tak melihat
Hingga seakan-akan aku menerima ini dengan baik
Menutupi kekecewaan dengan sempurna
Seperti permukaan laut tenang dengan arus bawah yang luluh lantah
Hatiku gaduh sekali andai kau tahu

Di bawah silau sinar matahari terakhir hari ini
Ku harap mampu menutup getirnya pandanganku yang menahan air mata
Aku berkata tenang perlahan bukan karena tak acuhku
Namun lihaiku bersandiwara

Dengan tenggelamnya layar ujung kapal pada pesona bumi bulat
Aku merunduk pasrah pada pasir putih pantai yang butirnya mencengkeram lututku keras
Tenagaku pergi bersama kapal
Tangis tanpa suara sangat menyakitkan
Tanpa pula air mata
Mereka bersembunyi di bungkam sedih tanpa tara

-Cerita Reka
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Kucing naik ke punggung
Mendecakkan keras kakinya tapi bagiku gelitikkan
Aku membalikkan tubuh
Dia terguling terjepit tubuhku tapi tak ku tekan keras
Hanya serimbit ku tempelkan badan padanya
Ia tak kunjung bangun
Bahkan tak bergerak
Sesaat kemudian kakinya mendecak-decak tapi tanpa cakar
Aku bangkit
Kulihat dia masih di tempat semula
Ku tatap dia
Dia menatapku dengan bulat mata yang besar
Sama terpananya dengan aku
Tak bergerak mematung dengan keempat tangan .. atau ke empat kaki.. entahlah.. menghadap ke atas
Mulutnya terkatup mungil sekali
Ujung hidungnya memerah mungkin terlalu lama tertindih

Aku merangkak cepat ke arahnya
Persis seperti kawanannya
Berharap dia mengira aku seperti temannya
Sehingga kami bermain layaknya sahabat
Semakin dekat.. dan dekat...
Malangnya di berbalik dan pergi meninggalkanku
Aku sendirian
Tertolak dan tak bergerak
Aku punya ke dua tangan dan dua kaki ... atau empat kaki.. entahlah
Semuanya menapak tanah
Sungguh terlihat seperti siluman kucing
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

"Tak ada yang menyuruhku. Penantian panjang ini tak butuh imbalan. Engkau wahai yang ditunggu, tak perlu tak enak hati karena ada gadis seperti ini menanti tanpa tahu waktu. Tatapan tanpa harapan berarti, hanya untuk melegakan hariku yang melelahkan. Membuatku lupa omelan bos yang tak sedikit jatuh seperti tusuk-tusuk jarum. Atau deadline yang dirasa-rasa tenggat waktunya tak cukup untuk diselesaikan."

-Tepat dibelakangmu dalam lebat hujan. Dalam jarak yang menakutkan karena jantung tak henti kencang berdebar.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  Juni 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ▼  2015 (19)
    • ▼  Desember 2015 (4)
      • Tempat di Hati
      • Apel, Baju, dan Kotak
      • Karung Busuk
      • Semu
    • ►  November 2015 (5)
      • Sendok Garpu Perak
      • Komparisme Memuakkan
      • Hitam dan Putih
      • Pemahaman Perasaan
      • Privacy is Nothing
    • ►  September 2015 (1)
      • Baru
    • ►  Agustus 2015 (1)
      • Wangi Tanah
    • ►  Juli 2015 (2)
      • Prasangka
      • Let me cry
    • ►  Juni 2015 (2)
      • Pengorbanan
      • Cerita
    • ►  April 2015 (1)
      • Tanpa judul
    • ►  Maret 2015 (2)
      • Senja Terakhir Hari ini
      • Siluman Kucing
    • ►  Februari 2015 (1)
      • Rintik-Rintik Sendu
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose