• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Ini tentang sebuah tim yang menyepi
Memilih hilang timbul dari keramaian
Hampir berguguran meskipun belum juga setengah perjalanan
Satu dua orang merasa dicampakkan
Merasa ditinggal sendirian
Meskipun dulu sekali ada yang pernah bersedia membersamai
Dan kuanggap ia berjanji
Aku melihat binar yakin di matanya
Atau aku yang terlalu percaya diri?

Tak terasa tulisan ini semakin jujur
Sebab kalau kau sadar, baru saja aku mengakui
Bahwa: yang dicampakkan dan ditinggal sendirian bukan dua orang
Namun hanya seorang
Aku menyebutnya 'aku' pada kalimat ke tujuh

Induk batang pohon diranggas oleh kemarau
Pada bulan april jika tak terjadi anomali di belahan bumi khatulistiwa
Daun-daunnya berjatuhan menjumpai dasar bumi, dibawa angin
Persatu hingga ada pula yang pada akhir daunnya hanya mampu dihitung jari
Atau justru sama sekali gersang tanpa sehelai

Tetapi bukankah semua orang memang harus belajar ditinggalkan?
Karena kelak akan ada banyak hal yang harus dihadapi sendirian tanpa kawan
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Seseorang harus menyadarkanku bahwa aku masih di bumi
Masih bersama celotehan mulut manusia, bukan diantara kepakan sayap malaikat
Segalanya masih berupa ketidaksempurnaan

Aku juga harus disadarkan bahwa masih banyak noda dan alpa
Mungkin aku terlalu banyak mendongak dan lupa memandang kaca
Atau barangkali aku sudah lupa dengan peribahasa kelas tiga sekolah dasar
Bahwa semut di seberang pulau nampak nyata, sementara gajah di pelupuk mata tak terlihat

Dan setan-setan yang bersembunyi di bagian ulu hati, tetap menghembuskan desir
Meskipun ini bulan ramadhan
Mereka seakan menggelar layar lebar berisi: ketidakcakapan, ketidakbecusan, ketidakmenarikan, kelesuan, dan berbagai tuduhan jahat lainnya kepada seseorang di luar sana yang kuanggap sedemikian
Lalu setan-setan itu menyeret selayar lebar menyelimuti pupil mataku, menghalangi kornea
Lantas aku sempurna buta dari akal sehat dan ayat-ayat Tuhan yang Maha Benar

Pada akhirnya seseorang datang dan memberiku cahaya berupa prasangka baik
Tapi setelah aku kembali ke rumah dan melembari segala percakapan itu
Maka aku kembali pada tanda tanya, apakah benar itu akan menjadi seberkas cahaya?
Sebab sekarang masih gelap. Prasangka baik masih ditangguhkan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Waktu kecil bagiku akan mudah mendaki gunung karena ukurannya hanya sejengkal tangan. Aku mengukurnya di kejauhan, berjarak bermil-mil bahkan dari lerengnya. Kupikir akan semudah mendaki gundukan pasir di depan rumah. Material milik tetangga yang sedang renovasi.

Tapi rupanya aku alpa sebab begitu banyak ekspektasi yang menari-nari sempurna di palung otak. Sementara jagadraya tak semudah itu. Ada banyak hirarki, konspirasi, dan tubi-tubi. Aku lupa segalanya. Mengesampingkan sebab musabab dan asal muasal.

Ukirannya telah dalam, telah sempurna mengerak menjadi prinsip yang dibenarkan. Akupun menghamba pada prasangka yang kutenun sendiri. Padahal belum ada kata seiya sekata dari makhluk lainnya. Apalagi takdir. Hal yang seringkali dilupa namun sesungguhnya ia yang menjadi maha penentu atas semua dan serba serbi.

Ekspektasi macam gula yang pasti manis dan garam yang pasti asin. Bukankah seharusnya tergantung se berapa banyak air yang diseduh atau mungkin aku menambahkan keduanya ke dalam kopi dengan takaran mili. Mana bisa kukecap manis atau asin. Pahit.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  Juni 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ▼  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ▼  Mei 2018 (3)
      • Merasa Ditinggalkan
      • Masih Tentang Ekspektasi
      • Ekspektasi
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose