Khawatir
Semak belukar mengamit ranting ranting patah. Badai lebat mengamuk. Ayah menangis sebab genteng rumah kami sedang melayang seperti pesawat kertas. Diombang ambing ke langit utara lalu ke selatan. Pias pias wajah tetangga menyiluet takut yang menjadi jadi. Perlahan menumbuhkan khawatir di mata ibu, adik, dan kakek.
Aku juga khawatir.
Bukan pada rumahku yang akan terbang. Tapi pada kamu yang selalu kutanyai sampai saat ini. Tentang: apakah kau baik-baik saja?
1 comments