Siapa maharaja yang sudi merapatkan layar di bibir pantai Negeri Hampir Terkoyak?
Mungkin udara. Aku tak sengaja mendengar pembicaraannya dengan ombak.
Tentang apa?
Tentang sedih. Yang ia peluk.
Mungkin hatinya sedang rombeng, atau pincang. Dan wajahnya patah. Berbulan bulan ia menelan sembilu dari lidah perempuan gemuk yang nyinyir. Bibirnya diplintir-plintir.
Lalu?
Udara pergi membawa pesakitan yang bertubi-tubi. Dadanya bergemuruh. Ia bersumpah serapah kepada perempuan yang tak pagi-siang-malam selalu membuka aib. Maka udara serasa makhluk paling penuh dosa. Ia dituding prasangka-prasangka.
Lalu?
Udara pergi melarikan diri. Kemari. Menikmati hari tanpa perempuan jahat yang hatinya gelap sangat pekat. Meskipun ia sebaiknya memeriksa peta kembali. Karena ini negeri tak sentausa. Negeri Hampir Terkoyak.
Lalu?
Sudahlah. Kau ini banyak tanya! Kau pikir aku ombak?