
Apakah semua orang harus menjadi feminis? Jawabannya iya, dengan segala perspektif masing-masing yang disepakati diri sendiri.
Chimamanda dengan segala bentuk patriarki yang pernah terjadi di hidupnya. tentu merasai ketidakadilan gender. Membuat perempuan berada di posisi lemah dan mengharuskannya menerima tanpa sepakat peran gender yang dialamatkan lingkungan kepada perempuan.Tentu tidak semua cetusan Chimamanda dalam A Feminist Manifesto saya setujui. Akan tetapi saya suka ide tentang semua orang harus menjadi feminis.
Masa Kecil
Saya pernah menjadi anak kecil. Beberapa hari lalu lebaran, dan cerita ini terjadi beberapa lebaran kali silam. Ketika pada tradisinya saya dan keluarga besar berkumpul dan menginap barang minimal semalam di rumah salah satu sanak saudara. Semua orang berkumpul. Perayaan hari raya seperti biasa, makan besar tak boleh terlewatkan. Maka, seluruh perempuan bahu membahu berkeringat menyiapkan makanan di dapur. Menyiapkan tungku, bahan masakan, bumbu, dan segala rupa. Berjam-jam dihabiskan menyiapkan hidangan, termasuk saya anak kecil waktu itu ikut membantu ibu.
Makanan selesai dimasak, disajikan. Dan anak-anak dilarang mengambil makanan terlebih dahulu, sebab bapak-bapak diperbolehkan menyantap pertama-tama. Para lelaki lebih banyak menghabiskan waktu di teras sambil bersantai, dipersilakan makan terlebih dahulu.
Saya Bersedih Hati, Mengapa Begitu?
Apa aturan tentang siapa yang boleh mengambil makan duluan?
Belakangan ini saya baru tahu, tak hanya di Afrika seperti yang Chimamanda ceritakan dalam bukunya. Akan tetapi, Indonesia pun . Patriarki lekat bercokol menjadi budaya. Bahkan, budaya itu muncul dari perempuan sendiri. Secara turun temurun menjadi kebiasaan.
Maka, dari keresahan masa kecil, saya menyukai ide feminis, dengan perspektif dan batasan saya sendiri tentunya.