• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Saat segelintir orang di negeri ini masih berebut kekuasaan dan uang-uang untuk kepentingan pribadi. Ada mereka yang di luar sana mencoba merebut kembali nyawa di atas tuntutan mati, bedil perompak, sengketa perang yang tak selesai-selesai.

Saat segelintir orang yang sibuk mengurusi diri yang tak jadi-jadi. Mengeluh belum selesai dengan urusan sendiri. Ada mereka yang nyawanya tergantung pada tangan manusia lobi-lobi. Jika sekali salah ucap atau buat maka habislah nyawanya naik ke tenggorokan.

Belakangan ini, pemerintah berhasil menyelamatkan ribuan warga Indonesia yang terjebak dalam perang berkepanjangan di Suriah. Berhadapan dengan tentara dan senjata laras panjang. Setiap hari rudal mondar-mandir di langit. Mereka terjebak tak bisa keluar. Awalnya berazam mencari pekerjaan sebagai TKI justru berakhir terkurung di dalam negeri yang hampir porak poranda karena perang. Tak bisa kemana-mana. Jauh dari sanak saudara dan keluarga. Menahan rindu yang tak habisnya.

Ada juga mereka, warga Indonesia yang tengah berlayar di samudera. Tiba-tiba kapalnya dihimpit kapal lain yang asing. Yakni, perompak yang tak punya biaya. ABK disekap dan diasingkan ke pulau di negara yang jauh dari tanah airnya. Diberi makan ala kadarnya. Direnggut kebebasannya. Sampai ada pula nyawa yang tumbang. Perompak menginginkan tebusan mahal jumlahnya kepada negara. Bertahun-tahun mereka menunggu. Kadang ada berita bahwa kebebasan bakal wujud. Namun, pada akhirnya hanya hoax semata.

Banyak pula mereka menguburkan nyawa di negeri orang akibat tuntutan mati karena kesalahan yang terkadang mereka sendiri tak pahami. Berangkat dari tanah air dengan harap untung banyak. Tapi pulang tinggal nama. Ibu kehilangan anaknya. Anak kehilangan ibunya. Suami kehilangan istrinya. Istri kehilangan suaminya. Sahabat kehilangan karibnya.

Untuk yang sedang sibuk tak kunjung selesai dengan diri sendiri, coba buka mata. Arahkan ke pandang yang lebih rumit. Lebih pelik.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Menjelang akhir tahun, banyak kaleidoskop yang coba diputar di berbagai media. Baik institusi maupun memori pribadi. Ada yang sekadar mengenang kisah-kisah, ada pula yang berusaha menyimpulkan hikmah dan evaluasi.

Bagi saya, tahun ini merupakan tahun warna-warni. Dari mulai tawa bangga, senyum jatuhcinta, takut rupa-rupa, hingga airmata sedih remuk. Semuanya ada di tahun ini. Saya tidak ingin arogan bilang, bahwa segalanya telah saya kendalikan sempurna. Tetapi setidaknya, tahun ini telah membukakan mata saya. Perihal adanya perasaan-perasaan itu. Karena waktu-waktu sebelumnya saya sering mati rasa.

Kehilangan seseorang yang saya percayai. Saya taruh harapan dan mimpi-mimpi padanya. Semangat saya bertumpu padanya. Dia yang membuat saya yakin berkata bahwa, di kemudian hari semuanya akan baik-baik saja. Namun, nyatanya tidak. Dia pergi. Tuhan memanggilnya dengan tiba-tiba. Dan harapan saya juga raib bersama kepergiannya. Begitu pula dengan semangat dan asa. Menangis sendiri sudah biasa.

Hati saya mengembang, saat nama kami dipanggil menggema sebagai juara. Dan kepercayaan diri lambat laun meletup untuk pantas mengakui diri. Kami naik panggung, tangan saya bergetar karena bangga. Tak ada yang tahu sebab saya sembunyikan di bawah pembuluh darah nadi. Kemenangan yang awalnya saya pikir utopis karena jiwa saya yang pesimis, kini menjadi realistis. Terimakasih karena telah membesarkan jiwa saya.

Menceburkan diri ke dalam sekelompok orang yang bukan 'arus' saya. Mereka yang jenis candaanya berbeda, topik obrolan berbeda, kalimat normatif yang saya pikir singgungan, atau kalimat singgungan yang saya pikir biasa saja. Saya yang awalnya merasa akan terasingkan karena keminoritasan, pada akhirnya menyadari bahwa kami taka ada bedanya. Hanya butuh waktu untuk memahami jalan pikir yang bukan 'arus' saya. Tetapi sebenarnya mereka sama saja. Pikiran yang menjadi kotak pembatas dan ekspektasi yang berlebihan.

Jatuhcinta. Dan, entah. Saya sendiri susah memahami. Tak usah dibahas. Semuanya terwakili di bait-bait puisi dan prosa yang telah ratusan ditulis.

Terimakasih 2018. Semoga saya bisa belajar.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dimensi ruang dan waktu menjadi pelahap maut yang ampuh. Untuk melenyapkan perasaan. Jadi untuk siapa saja yang sedang merasa sangat gantung terhadap perasaanya, percayalah seiring berjalannya waktu dan berbedanya tempat, keduanya akan melenyapkan perasaan. Yang dibutuhkan hanya bersabar.

Jatuhcinta bukan hal yang spesial, hanya saja lagu-lagu, film, puisi yang membuatnya terasa mendapatkan tempat tertinggi di kehidupan. Padahalnya nyatanya tidak. Kau dan siapapun yang jatuhcinta hari ini bisa saja esok hari perasaannya sudah tidak ada samasekali. Atau kau yang jatuhcinta di sini, bisa jadi kau pergi dan menginjakkan kaki di tempat lain, maka perasaannya akan berubah seratusdelapanpuluh derajat.

Sungguh tidak ada spesialnya.

Mari belajar, saya pun juga. Meski saat ini sedang gandrung kepada seseorang yang pernah semesta coba dekatkan. Dan rindu yang tak henti-hentinya. Namun, sebentar lagi perasaan itu juga akan pergi sebab dimensi ruang dan waktu sedang mencoba mematikan perasaan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ►  2023 (3)
    • ►  Juni 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ▼  2018 (29)
    • ▼  Desember 2018 (3)
      • Mengintip Yang Hilang di Tanah Orang
      • 2018
      • Dimensi Ruang dan Waktu
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose