Saat segelintir orang di negeri ini masih berebut kekuasaan dan uang-uang untuk kepentingan pribadi. Ada mereka yang di luar sana mencoba merebut kembali nyawa di atas tuntutan mati, bedil perompak, sengketa perang yang tak selesai-selesai.
Saat segelintir orang yang sibuk mengurusi diri yang tak jadi-jadi. Mengeluh belum selesai dengan urusan sendiri. Ada mereka yang nyawanya tergantung pada tangan manusia lobi-lobi. Jika sekali salah ucap atau buat maka habislah nyawanya naik ke tenggorokan.
Belakangan ini, pemerintah berhasil menyelamatkan ribuan warga Indonesia yang terjebak dalam perang berkepanjangan di Suriah. Berhadapan dengan tentara dan senjata laras panjang. Setiap hari rudal mondar-mandir di langit. Mereka terjebak tak bisa keluar. Awalnya berazam mencari pekerjaan sebagai TKI justru berakhir terkurung di dalam negeri yang hampir porak poranda karena perang. Tak bisa kemana-mana. Jauh dari sanak saudara dan keluarga. Menahan rindu yang tak habisnya.
Ada juga mereka, warga Indonesia yang tengah berlayar di samudera. Tiba-tiba kapalnya dihimpit kapal lain yang asing. Yakni, perompak yang tak punya biaya. ABK disekap dan diasingkan ke pulau di negara yang jauh dari tanah airnya. Diberi makan ala kadarnya. Direnggut kebebasannya. Sampai ada pula nyawa yang tumbang. Perompak menginginkan tebusan mahal jumlahnya kepada negara. Bertahun-tahun mereka menunggu. Kadang ada berita bahwa kebebasan bakal wujud. Namun, pada akhirnya hanya hoax semata.
Banyak pula mereka menguburkan nyawa di negeri orang akibat tuntutan mati karena kesalahan yang terkadang mereka sendiri tak pahami. Berangkat dari tanah air dengan harap untung banyak. Tapi pulang tinggal nama. Ibu kehilangan anaknya. Anak kehilangan ibunya. Suami kehilangan istrinya. Istri kehilangan suaminya. Sahabat kehilangan karibnya.
Untuk yang sedang sibuk tak kunjung selesai dengan diri sendiri, coba buka mata. Arahkan ke pandang yang lebih rumit. Lebih pelik.
Saat segelintir orang yang sibuk mengurusi diri yang tak jadi-jadi. Mengeluh belum selesai dengan urusan sendiri. Ada mereka yang nyawanya tergantung pada tangan manusia lobi-lobi. Jika sekali salah ucap atau buat maka habislah nyawanya naik ke tenggorokan.
Belakangan ini, pemerintah berhasil menyelamatkan ribuan warga Indonesia yang terjebak dalam perang berkepanjangan di Suriah. Berhadapan dengan tentara dan senjata laras panjang. Setiap hari rudal mondar-mandir di langit. Mereka terjebak tak bisa keluar. Awalnya berazam mencari pekerjaan sebagai TKI justru berakhir terkurung di dalam negeri yang hampir porak poranda karena perang. Tak bisa kemana-mana. Jauh dari sanak saudara dan keluarga. Menahan rindu yang tak habisnya.
Ada juga mereka, warga Indonesia yang tengah berlayar di samudera. Tiba-tiba kapalnya dihimpit kapal lain yang asing. Yakni, perompak yang tak punya biaya. ABK disekap dan diasingkan ke pulau di negara yang jauh dari tanah airnya. Diberi makan ala kadarnya. Direnggut kebebasannya. Sampai ada pula nyawa yang tumbang. Perompak menginginkan tebusan mahal jumlahnya kepada negara. Bertahun-tahun mereka menunggu. Kadang ada berita bahwa kebebasan bakal wujud. Namun, pada akhirnya hanya hoax semata.
Banyak pula mereka menguburkan nyawa di negeri orang akibat tuntutan mati karena kesalahan yang terkadang mereka sendiri tak pahami. Berangkat dari tanah air dengan harap untung banyak. Tapi pulang tinggal nama. Ibu kehilangan anaknya. Anak kehilangan ibunya. Suami kehilangan istrinya. Istri kehilangan suaminya. Sahabat kehilangan karibnya.
Untuk yang sedang sibuk tak kunjung selesai dengan diri sendiri, coba buka mata. Arahkan ke pandang yang lebih rumit. Lebih pelik.