Hari ini hujan rintik. Tapi aneh saat matahari pada waktu yang sama masih bersinar.
Siapa yang bersandiwara? Matahari atau hujan?
Matahari yang berpura pura menjadi hujan atau sebaliknya?
Semua manusia tenang saja, karena adegan saat langit bersandiwara hanya sebentar
Semesta mengakui bahwa sandiwara adalah bentuk yang melelahkan
Mengelabuhi hati seumpama membiarkannya tersumbat. Tak bisa bernafas. Tak bisa bergerak.
Dipengap topeng
Aku tak kemana mana
Jika aku berpikir aku telah melanglangbuana
Tapi aku tak kemana mana
Aku tak kemana mana
Hanya pikiranku yang kubiarkan berjalan jalan
Ia mengira telah mengelilingi dunia,
tapi tidak
Aku masih tak kemana mana
Dan aku bercerita bangga tentang perjalananku
Kepada kamu,
semua orang yang kutemui
Mengisahkan bahwa sangkaan ku,
aku pergi ke berbagai tempat
Nyatanya aku tak kemana mana
Ya, aku disini
Mendekam di sudut kamar
Setelah lama lama menggali bukit
Lama sekali
Satu sekop dua sekop
Dan semenjak hari itu
Harapanku tinggi sekali
Naik ke langit langit
Namum setelah jari jariku terluka
Dikikis debu dari batu
Dan aku kira hampir aku selesai menggali bukit
Nyatanya, tumpul
Ini Bukit Batu
Kosong
Sepi
Habis
Sudah
Nol
(0)
Ujar kolom komentar di sekian puluh atau ratus (?) blog ini
Sepi
Habis
Sudah
Nol
(0)
Ujar kolom komentar di sekian puluh atau ratus (?) blog ini
Masih di jalan yang sama
Dia punya teman-teman yang membagikan bekal
atau menawarkan sapu tangan
Dia punya kawan yang baik hatinya
Atau minimal sekadar 'ada'
Lalu kau?
Kau satu-satunya duri di gulungan marshmello
Api di tengah hujan
Bunga di atas gurun
Pasir di permukaan laut
Kayu di dalam abu
Tangis diantara pesta
Sendiri
Kata paling menyedihkan yang pernah kau dengar
Dia punya teman-teman yang membagikan bekal
atau menawarkan sapu tangan
Dia punya kawan yang baik hatinya
Atau minimal sekadar 'ada'
Lalu kau?
Kau satu-satunya duri di gulungan marshmello
Api di tengah hujan
Bunga di atas gurun
Pasir di permukaan laut
Kayu di dalam abu
Tangis diantara pesta
Sendiri
Kata paling menyedihkan yang pernah kau dengar
Jalanan panjang sekali
Lurus tak berkelok-kelok
Tak ada warung kopi atau pom bensin di sepanjang jalanan ini
Karena memang tak ada tepi
Jalanan tak bertepi
Atau hanya aku yang sengaja memakai kacamata kuda?
Aku tak punya kanan kiri
Dan jangan sekali-kali kau pernah kemari
Ini jalanan yang sengaja mengiris urat nadi
Mencekik leher
Kalau kau ingin hidup yang manis,
disini adalah perjalanan larangan nomor satu yang harus kau hindari
Tapi jika kau telah terbiasa bermandi keringat dan tangis
dan juga kegelisahan
Mungkin esok atau minggu depan kau boleh berkunjung kemari
Karena jalanan ini diperuntukkan bagi dia yang sedang berlari
Namanya Jl. Meraih Mimpi
Lurus tak berkelok-kelok
Tak ada warung kopi atau pom bensin di sepanjang jalanan ini
Karena memang tak ada tepi
Jalanan tak bertepi
Atau hanya aku yang sengaja memakai kacamata kuda?
Aku tak punya kanan kiri
Dan jangan sekali-kali kau pernah kemari
Ini jalanan yang sengaja mengiris urat nadi
Mencekik leher
Kalau kau ingin hidup yang manis,
disini adalah perjalanan larangan nomor satu yang harus kau hindari
Tapi jika kau telah terbiasa bermandi keringat dan tangis
dan juga kegelisahan
Mungkin esok atau minggu depan kau boleh berkunjung kemari
Karena jalanan ini diperuntukkan bagi dia yang sedang berlari
Namanya Jl. Meraih Mimpi
Namanya Ratu Rumput
Ia hidup di bawah sembunyi yang tak ia lakukan
Namun apalah daya, ia hanya segaris rumput
Ditengok pun tidak
Paling hanya menjadi semak yang dimandikan pestisida
Lalu mati
Suatu hari pernah ia pergi ke kota
Berjalan jauh menginjak aspal dan menghirup knalpot
Memperkenalkan diri bahwa ia tak layak dipengap sembunyi
Ia sudah tak tahan
Namun saat ia berada di tengah rambu-rambu jalanan yang ramai
Tepat matahari di poros langit
Tak sepasang mata pun sudi mengarahkan pandang
Apalagi tangan yang bersedia menjabat
Ratu Rumput diantar sedih melewati trotoar
Ia masih membawa sembunyi yang tak ia lakukan
Seumpama sembunyi adalah permen karet yang melekat di rambut
Semakin lama semakin erat
Semakin ditarik semakin mencekat
Meski Ratu Rumput berusaha memenggal sembunyi dari hidupnya
Nampaknya ia takkan pernah bisa,
karena 'sembunyi' adalah nama belakangnya
Ratu Rumput si Sembunyi
Ratu Rumput, dia kawanku
Ia hidup di bawah sembunyi yang tak ia lakukan
Namun apalah daya, ia hanya segaris rumput
Ditengok pun tidak
Paling hanya menjadi semak yang dimandikan pestisida
Lalu mati
Suatu hari pernah ia pergi ke kota
Berjalan jauh menginjak aspal dan menghirup knalpot
Memperkenalkan diri bahwa ia tak layak dipengap sembunyi
Ia sudah tak tahan
Namun saat ia berada di tengah rambu-rambu jalanan yang ramai
Tepat matahari di poros langit
Tak sepasang mata pun sudi mengarahkan pandang
Apalagi tangan yang bersedia menjabat
Ratu Rumput diantar sedih melewati trotoar
Ia masih membawa sembunyi yang tak ia lakukan
Seumpama sembunyi adalah permen karet yang melekat di rambut
Semakin lama semakin erat
Semakin ditarik semakin mencekat
Meski Ratu Rumput berusaha memenggal sembunyi dari hidupnya
Nampaknya ia takkan pernah bisa,
karena 'sembunyi' adalah nama belakangnya
Ratu Rumput si Sembunyi
Ratu Rumput, dia kawanku