• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan



Satu hari di museum yang telanjang dan tiada didatangi orang-orang. Tuan marah-marah dan seluruh bingkai di dalamnya pecah. Semua lukisan lari tunggang langgang ke jalan raya dan ikut marah-marah ke pengendara motor, mobil, sampai tukang bensin. Kota jadi terbakar dan berubah warna-warni. Apalah kemarahan Tuan bikin walikota tambah senang karena membuat wilayahnya makin semarak. 

Saat teriakan kecewa masih menggonggong di tenggorokan Tuan, anak-anak muda sibuk berswafoto mengabadikan keajaiban langka. Sebab tawanan museum yang cantik lepas dan mempersilakan diri dinikmati tanpa harus membayar ke loket tiket. Headline media menganugerahi Tuan dengan lencana sejarah dan jabatan istimewa. 

Suara tuan parau dan nyawanya setengah mati menahan amuk. Di tengah kota diadakan pesta dengan genderang drum, denting piano, petik gitar. Ada biduan yang disewa menyanyi menggoda pemuda-pemuda yang lewat. Meskipun rakyat acap kali abai dengan pesta karena sibuk mengekor lukisan yang lepas kandang, seperti anak kecil yang menggandrungi arak-arakan tukang monyet. 

Oh, Tuan. Museum telah dibuka kembali dan orang-orang menyaksikan pajangan satu-satunya dengan suka cita dan gemuruh tepuk tangan: Tuan yang malang segenap amarahnya. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Suatu saat di awal Januari yang abu-abu dan masih hujan, orang-orang bersuka cita menyambut kelahiran dan jatuh cinta, kecuali sore yang malang dan ditinggalkan. Ia membenci munculnya satu nyawa atau bersatunya dua orang yang bersenang-senang dan saling melempar puji. 

Ia lebih suka hari senin karena banyak orang murung dan layu seperti zombie. Atau akhir bulan dan kantong yang kekeringan. Ia juga membaur ke dalam serabut pohon tua yang tak diinginkan karena lapuk dan bisa tumbang kapan saja terkena gemuruh petir. Patah hati jadi teman sebangku yang akrab, umpama saudara yang terpisah lama. 

Coba tanya Boys II Men tentang On Bended Knee, mengapa begitu muskil mengajukan permintaan. Menciptakan halusinasi anak muda yang basah kuyup menangis sendiri. Mereka memeluk payung yang mengembang padahal sumber mata air ada di air matanya masing-masing.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


Kesukaran terkadang juga minta dirayakan. Sama seperti hujan basah yang menarik paksa anak-anak kecil telanjang dada dan kaki menari-nari senang di bawah langit. Sialnya, hujan terlalu deras, besok tidak ada lagi anak kecil karena mereka flu dan harus minum obat. Orang terpaksa menelan pahit setelah serangkaian hura-hura.

Minggu-minggu yang penuh perayaan: pagi, siang, malam. Sesekali pakai lilin kue ulang tahun yang habis tak sampai lima menit. Sementara kau tak kunjung habis setelah bertahun-tahun. Selalu menyambut kedatangan dan kepergian yang sama. Kelipatan tahun lahir itu memanggil badut sirkus kemudian pinjam topengnya dan baju merah polkadot putih yang tak bisa dilepas selamanya. 

Setelah berhasil menipu silakan mampir ke rumah sakit atau bengkel karena keduanya menawarkan reparasi perkakas yang enggan mati. Dibunuh kewarasan dan ditumbuhkan seribusatu pertanyaan-pertanyaan, terutama: bolehkah membenci satu orang tanpa alasan? 

Alasannya agar semua orang terkutuk tak hanya si tuan patah hati saja. Padahal kau seringkali mendengar patahan kayu di hutan saat kemarau panjang dan tak ada yang menangis karenanya. Ini hanya sebentuk hati, ajak saja masuk ke dalam hutan dan bertemu yang lain yang juga patah dan tidak terganti. Kelak kau tak pernah temukan lagi di sisi hutan bagian manapun saat membutuhkan. 

Satu pagi yang mati rasa ada secangkir kopi pahit berteriak meminta jangan diminum. Tapi setelah mencapai tenggorokan teriakannya menjadi pelan karena pahit atau asam semuanya akan terasa sama saja, ya.

Sekali lagi hujan mengguyur kota kami. Dan kejadian setelahnya. Dan kejadian setelahnya. 


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Di perempatan lampu merah yang bising dan lalu lalang kendaraan beroda dua, empat, enam, bahkan delapan. Barangkali matahari sedang menghukum bumi lewat terik yang membuat hangus kulit.

Di perempatan lampu merah yang tak punya tuan rumah. Kali ini dijaga laki-laki paruh baya yang tangan kirinya memegang kruk penyangga. Sama-sama jadi pengingat, baiknya minta pada langit agar diberikan keselamatan dalam perjalanan.

Di perempatan lampu merah juga ada manusia yang punya rumah tapi serasa tak punya tempat kembali. Sebab seringkali ia termakan omongan sendiri, harus pergi kemana lagi. Padahal pintu rumah terbuka lebar. Ada pelukan hangat di sana.

Di perempatan lampu merah, terdapat pula salah prasangka. Setelah bertahun-tahun meminta kepada Tuhannya satu pengharapan khusyu'. Naik segala jenis doa dan doa. Sampai melangkahi kehendak. Doa pun berubah menjadi tuntutan. Mau tidak mau, suka tidak suka.
 
Saat prasangkanya patah. Maka tidak ada lagi yang tersisa. Semoga tidak ada ucapan jahat yang larung dan terlanjur dikabulkan semesta.

Malam hari yang sepi. Perempatan lampu merah sibuk membersihkan ambisi, keinginan, sangkaan supaya besok jalanan tidak macet.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose