• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Night, Cosmos, Fairy Tale, Fish, Girl, Painting, Sleep
Melek sampai pagi enggak keren. 

Setelah menyaksikan BukaTalk nya Fellexandro Ruby tentang Things I Wish I Knew When I Was Twenty, salah satu poin nya adalah "Gue harus Jaga Kesehatan".

Badan lama-lama dimakan waktu. Kalau sudah masanya, nanti lapuk juga. Tapi mumpung umur kau masih 20an, ada baiknya nasehat-nasehat itu dipikirkan matang-matang. Timbang baik buruknya dan laksanakan dengan setia sampai suatu ketika ada seorang kakek atau nenek berkata, makasih ya udah jaga badan saya. 


Notes  

Juga perhatikan begadang yang ngga menghasilkan apa-apa. Cuma daydreaming sampai pagi memikirkan ketidakmungkinan, ketidakpastian, kesia-siaan. Alamak, manusia ini maunya apa. Kalau alam semesta bisa bicara seluruh umpatan sudah dinuntahkan. 

Seakan-akan kemudaan akan terus bertahan. Bisa, kalau kau punya anak perempuan yang terkurung di dalam kastil tinggi berambut keemasan menjuntai panjang. Cuma usap-usap dan menyanyi sedikit-sedikit, wajah dan badan yang kendur-kendur akan mengencang seperti ditarik benang. Sayangnya, kau cuma rakyat jelata. Ibu Rapunzel pun akhirnya bernasib tragis. 

Kata orang, terjaga sampai pagi hari adalah bentuk hustling yang paling keras. Bukan, itu adalah bentuk keputusan yang paling bodoh. Masih ada sisa waktu pagi, siang, sore, dan sebagian kecil malam yang bisa digunakan berkarya, berusaha sebaik-baiknya demi ambisi atau pencapaian yang kau inginkan sesuai dengan bucket list impian. 

Jangan contoh juga Cinderella yang baru pulang saat suara besar lonceng jam digaungkan. Boro-boro tidur, habis itu dia masih harus bersih-bersih, cuci muka, berandai-andai tentang pangeran. 

Bilang baik-baik ke badan, plis malam ini tidur sebelum jam 12 ya. Demi kebaikan kita. 

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Fairy Tale, Night, Girl, Fish, Sky, Bird, Fly, Flight
Yang sering dilupakan adalah kau sedang berpijak dimana.

Sudah cukupkan halusinasi yang terlalu membumbung tinggi. Kembalilah dari langit, mari kembali ke bumi. Di bumi, ada banyak hal yang kau tinggalkan berserakan tak terselesaikan. Di bumi, masih banyak manusia yang menunggu kedatangan kau. Kau masih sama, akan disambut mesra bak pahlawan yang pulang dari perang. Disini kau bisa temukan banyak hal.

Tak usah melulu pergi ke langit. Mencari malaikat yang menurut kau lebih mulia karena bersinar dan punya sayap. Tapi mereka tak mampu bermain gundu, seperti kawan-kawan yang tinggal di belakang rumah kau. Mereka tak bisa diajak ke rumah makan padang bercengkerama sambil makan rendang. Pulanglah.

Meskipun atap rumah kau berasal dari tanah yang dibakar, bukan bentuk gumpalan awan yang cemerlang. Dengannya, kau bisa mencium aroma tanah basah bekas hujan. Yang sering memeluk kau diam-diam ketika kangen dengan seseorang. Yang membuat upil di hidung kau bungah.

Tak usah khawatir karena pada akhirnya langit kelak juga akan jadi tempat kau menuju. Ketika masa di bumi telah habis. Akan ada anak tangga atau semacamnya yang menuntun kau kesana, tak sekadar bertemu malaikat. Tapi juga bertemu Tuhan Yang Maha Esa. Suatu saat nanti. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Fairy Tale, Night, Flower, Girl, Star, Sleep, DreamMenjadi pesimistis adalah nama belakang yang paling suram. Lebih dari mati.

Sudah lama, kata saya. Terkurung di dalam kotak yang apak dan dipenuhi hantu-hantu. Mereka tidak seram, tetapi setiap hari mengambil jiwa saya yang merdeka. Saya semakin keriput seiring waktu berlalu. Di ujung usia, akan ada seseorang yang menemukan sebagai saya biji asam warna cokelat yang kering dan ciut. 

Sudah lama, kata saya. Menakuti diri sendiri dengan narasi-narasi zaman lama. Tentang orang-orang yang khawatir ditodong senjata. Mereka hanya berpikir bagaimana cara hidup hari ini. Agar keningnya tak pecah ditembak mati. Tetapi naasnya, nyali kau yang pecah belah jadi sampah. 

Sudah lama, kata saya. Mengatupkan bibir dengan perekat mahadahsyat. Suara adalah sandung yang membebat. Sekali saja membuka mulut, habis nyawa melayang ke udara. Jadi telan saja pahit-pahit segala yang ada di kepala. Nikmat kau tenggak racunnya. 

Sudah lama. Bukankah sudah saatnya berbaik sangka. Kepada Tuhan dan rencana-Nya. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Fairy Tale, Fantasy, Dream, Night, Cosmos, Astronaut
Diam membuat bisikan-bisikan jauh lebih terdengar. Jadi simak baik-baik momen ini. 

Setelah membuka pintu - rumah yang terlihat baik-baik saja - di balik nya ada setumpuk sampah basah, debu pekat, dan pecahan kaca. Siapapun akan kaget ketika melongok di dalamnya. Rumah itu tak pernah dibuka. Sama seperti bagian bawah alam sadar kau yang terkena represi dari sebuah persembunyian kalimat baik-baik saja.

Begini ceritanya, beberapa hari lalu saya menyaksikan video Satu Persen. Cuma satu persen, tapi efeknya hampir penuh seratus persen. Narator menjelaskan dengan suaranya yang enak didengar tentang kesehatan mental akibat rasa cemas yang ditekan agar tak menjadi ketakutan.

Saya merayakan persetujuan-demi persetujuan dari sabda narator tersebut. Seperti menemukan kemungkinan sebab dan kewaspadaan gaya santai dan tenang saya. Yang tak pernah disadari, apa benar hidup saya se stabil itu?

Prokastinasi Kronis

Menjadi prokastinator selalu mencari pembenaran dan ogah disalahkan. Semua bisa dilakukan serba mendadak, maha cepat, dan selesai. Tapi yang dilupa, spektrum selesai ada banyak wajahnya: selesai dengan puas atau selesai lah kewajiban ini. Tak mengejar kualitas terbaik, asal selesai ala kadar. Tangan prokastinator membawa bom waktu yang mampu memecah belah kulitnya menjadi serpih-serpih. Bom waktu yang semakin ganas dari waktu ke waktu. 

Tabiat tetaplah menjadi tabiat. Prokasinator belajar banyak dari pemuda tukang bual dan tukang bohong, mereka menyesal dengan janji perbaikan diri. Kau lihat keesokan hari, janji itu seakan menguap hilang dihisap alam semesta. Bom waktu meledak lagi. Penyesalan lagi. Begitu saja terus sampai hari kiamat. 

Bad Planner

Waktu memang suka ngajak becanda. Mengatur waktu di pikiran sama saja melepas anak ayam, ya cuma awang-awang. Waktu punya kaki-kaki yang harus ditegakkan berdiri di atas papan jadwal, google calender, time apps, atau apa saja yang bisa mengurungnya tak kemana-mana. Semoga nanti tak ada lagi keheranan ketika malam hari, loh kok sudah jam segini. 

Perkara aturan waktu sudah sering disinggung motivator tangis menangis sejak SMA, masa iya masih susah juga. Pelan-pelan susun anak waktu dari mulai yang besar dulu, per periode bulan, minggu, hari, jam. Kotak-kotak itu bukan fungsinya mengekang seperti jeruji pesakitan tapi mengembalikan tanggungjawab kepada tuannya dan Tuhannya.


Satu Persen membantu kembali menginjak bumi dan sadar sedang berada dimana. 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose