• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Sampai akhirnya, ia memutuskan menjadi sungai yang lebar. Ibu dari anak sungai dan nenek dari mata air. Semua orang susah dan payah. Bagaimana bisa manusia berubah menjadi abiotik seperti ini. Khayal.

Ia ingin menjadi sungai yang cokelat dan arusnya deras agar cepat sampai ke laut, payau lalu asin. Maka setiap hujan tiba baik rintik atau lebat, ia selalu berdoa agar bisa ikut menjadi butir-butir. Karena katanya, doa ketika hujan adalah kabul.

Hingga sewindu, melewati delapankali masa penghujan, ia tak juga menjadi sungai. Hanya ada anak-anak sungai air mata yang mengalir di kedua belah pipinya. Tak habis-habis.

Ia ingin menjadi sungai. Seperti kepompong menginginkan kupu-kupu, biji menjadi buah, senja menjadi malam. Dan ingatan yang ingin menjadi lupa. Sebab dulu pernah ada yang menjanjikan penghidupan namun lahirlah kata sementara yang berkembangbiak menjadi palsu.

Selamat menikmati penipuan~
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ketika dikatakan ingin menjadi sungai, jangan dikira hanya isapan jempol belaka sebab ia sangat ingin menjadi sungai dibanding dengan hutan atau persawahan.

Ia ingin menjadi sungai sebab ingin melarungkan diri ke arus dan membiarkan semesta menggiring tubuhnya menuju sungai besar, laut, lalu samudra.

Biar ia menghilang dari hiruk pikuk dan hingar bingar spekulasi palsu dari sebuah pesan bernama perasaan

Aku ingin jadi sungai,
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Semua orang punya alasan menulis. Sama seperti Pak Oc Kaligis.

Beberapa waktu lalu sebuah program stasiun TV bersama pihak lapas berkunjung menyisir bui-bui nakal. Konon katanya kamar penjara lebih mirip kamar pribadi di rumah. Ada berbagai barang-barang mewah, fasilitas olahraga, barang elektronik, meja kantor, tumpukan uang, sampai jilidan proposal. Kamar-kamar itu milik napi korupsi yang masih saja maruk meski kebebasannya sudah dimampatkan.

Tapi biarlah masalah pelanggaran menjijikkan itu menjadi urusan pihak berwenang dan jajarannya. Karena, ada yang momentual. Saat kamar Pak Oc Kaligis digeledah dan persatu barang mewahnya dikeluarkan. Wajah sepuh Pak Oc tiba-tiba naik pitam saat petugas mengambil laptopnya. Ia bilang,

"Silakan lihat tulisannya boleh, tapi kalau diambil saya ngga setuju'"

Aturan tetap aturan. Apapun alasannya tetap ada pelarangan. Pak Oc melanjutkan,

"Saya nulis gimana pak, saya mati nanti."

Huruf-huruf yang kalian saksikan. Tuts-tuts yang ditekan sama pentingnya dengan sandang, pangan, papan. Kalau dihilangkan bisa merenggut nyawa manusia.

Menulis menjadi kegiatan sakral. Sama seperti Nelson dan Pramoedya yang tetap membebaskan pikirannya menjadi anak-anak tulisan, meski badannya sedang tak bebas.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Saat segelintir orang di negeri ini masih berebut kekuasaan dan uang-uang untuk kepentingan pribadi. Ada mereka yang di luar sana mencoba merebut kembali nyawa di atas tuntutan mati, bedil perompak, sengketa perang yang tak selesai-selesai.

Saat segelintir orang yang sibuk mengurusi diri yang tak jadi-jadi. Mengeluh belum selesai dengan urusan sendiri. Ada mereka yang nyawanya tergantung pada tangan manusia lobi-lobi. Jika sekali salah ucap atau buat maka habislah nyawanya naik ke tenggorokan.

Belakangan ini, pemerintah berhasil menyelamatkan ribuan warga Indonesia yang terjebak dalam perang berkepanjangan di Suriah. Berhadapan dengan tentara dan senjata laras panjang. Setiap hari rudal mondar-mandir di langit. Mereka terjebak tak bisa keluar. Awalnya berazam mencari pekerjaan sebagai TKI justru berakhir terkurung di dalam negeri yang hampir porak poranda karena perang. Tak bisa kemana-mana. Jauh dari sanak saudara dan keluarga. Menahan rindu yang tak habisnya.

Ada juga mereka, warga Indonesia yang tengah berlayar di samudera. Tiba-tiba kapalnya dihimpit kapal lain yang asing. Yakni, perompak yang tak punya biaya. ABK disekap dan diasingkan ke pulau di negara yang jauh dari tanah airnya. Diberi makan ala kadarnya. Direnggut kebebasannya. Sampai ada pula nyawa yang tumbang. Perompak menginginkan tebusan mahal jumlahnya kepada negara. Bertahun-tahun mereka menunggu. Kadang ada berita bahwa kebebasan bakal wujud. Namun, pada akhirnya hanya hoax semata.

Banyak pula mereka menguburkan nyawa di negeri orang akibat tuntutan mati karena kesalahan yang terkadang mereka sendiri tak pahami. Berangkat dari tanah air dengan harap untung banyak. Tapi pulang tinggal nama. Ibu kehilangan anaknya. Anak kehilangan ibunya. Suami kehilangan istrinya. Istri kehilangan suaminya. Sahabat kehilangan karibnya.

Untuk yang sedang sibuk tak kunjung selesai dengan diri sendiri, coba buka mata. Arahkan ke pandang yang lebih rumit. Lebih pelik.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose