• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

Seringkali seseorang menyantap makanan terutama kemasan tanpa melihat dengan teliti sebenarnya makanan apa yang masuk ke dalam mulutnya. Yang kebanyakan konsumen inginkan hanyalah perut kenyang, maka hati senang. Padahal tak semudah itu, konsumen cerdas sangat dibutuhkan untuk menunjang kesehatan produk-produk makanan yang ada di Indonesia. Berikut hal-hal yang sering orang lalaikan ketika mengkonsumsi makanan kemasan

1. Amati dengan Cermat Tanggal Kadaluarsa
Melewati batas kadaluarsa bukan hal yang bisa ditolerir. Melewati batas kadaluarsa berarti telah siap menanggung resiko penyakit. Sama saja dengan mengkonsumsi makanan basi.

2. Label Halal untuk Konsumen Muslim
Cek logo MUI di kemasan. Atau bisa juga cek produk yang ingin dikonsumsi di www.halalmui.org. Belakangan terdapat kasus mie instan asal negara luar yang masuk ke pasar Indonesia namun tak memiliki keterangan halal dan diduga mengandung komponen babi. Pasti tidak mau hal tersebut terjadi lagi kan?

3. Komposisi Bahan Penyebab Alergi
Produk yang baik biasnya menyertakan peringatan terhadap bahan-bahan yang memungkinkan memicu alergi. Bahan-bahan alergi yang biasanya dicantumkan seperti gluten dan laktosa. Konsumen juga bisa melihat secara detail di komposisi bahan pangan.

4. Label Gizi untuk Konsumen dalam Masa Diet
Label gizi merupakan bagian produk kemasan yang sangat jarang dilihat oleh konsumen. Namun sebenarnya label gizi perlu dicermati terutama bagi mereka yang sedang melaksanakan diet. Label gizi sangat diperlukan untuk menghitung kebutuhan kandungan gizi.

5. Awas bakteri Botulinum botuli
Sebagian orang mengira keadaan kaleng yang penyok merupakan kejadian biasa akibat tertumpuk oleh benda lain. Perlu sangat diperhatikan bahwa hal tersebut bisa saja disebabkan karena bakteri Botulinum botuli. Hal fatal akibat aktivitas bakteri Botulinum botuli adalah keracunan tingkat tinggi.

Menjadi konsumen cerdas bukan pilihan melainkan suatu keharusan. Rawat dirimu, melalui makanan yang masuk ke dalam tubuhmu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Nama sebenarnya adalah Suci Santi Risalah, tapi pena mengganti namanya menjadi Risalah Husna.

Hari minggu, 10 Desember 2017 Forum Lingkar Pena Bogor untuk pelatihan Pramuda angkatan 10 mengadakan pertemuan terakhir kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Menulis Media Online" oleh Kak Risalah Husan. Kak Risalah Husna merupakan seorang food and travelers blogger dan lifestyle blogger. Kak Risalah Husna telah aktif di dunia blog semenjak tahun 2014 hingga sekarang.

Media online merupakan wadah kepenulisan yang akhir-akhir ini menjadi jalur yang dipilih banyak pihak baik untuk mengunduh informasi maupun mengunggah informasi. Zaman telah bergeser, dan kebutuhan zaman pun akan lebih cenderung menuju ke arah media online dibanding media cetak atau elektronik. Peluang untuk menghidupi diri lewat media online bisa dibilang cukup besar, Kak Risalah Husna mengungkapkan bahwa seorang blogger dalam satu bulan dapat meraih imbalan sebesar harga satu buah laptop lewat tulisn-tulisan yang dimonetisasi oleh pemilik brand dalam rangka promosi. Motivasi yang cukup menarik bagi pemula yang berminat terhadap dunia blogging.

Kak Risalah Husna membagikan ilmunya dengan menarik dan bersemangat. Ia menuturkan bahwa adda 5 kaidah penting dalam menulis konten di media online. Hal ini perlu diperhatikan mengingat penulisan konten media online berbeda dengan konten-konten lain seperti esai, opini, ataupun berita media cetak.  Beberapa kaidah tersebut diantaranya adalah yang pertama menggunakan alenia pendek karena pembaca media online cenderung mengiginkan berita praktis dalam waktu yang singkat. Yang kedua mengatur jarak antar alenia. Yang ketiga format rata kiri agar mata pembaca tidak lelah. Yang keempat meng highlight kata-kata atau point yang dianggap penting. Yang kelima adalah menghilangkan indent.

Sesi akhir pertemuan terakhir, Kak Risalah Husna menceritakan kisah hidupnya dalam karir sebagai seorang blogger. Semua peserta menyimak dengan baik. Kisah hidup yang menyenangkan.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sang Pemberi Bukan Saudagar Kaya

Memberi tak harus menunggu kaya. Hanya butuh sepotong hati yang baik. Sama halnya dengan yang dilakukan seorang pedagang anakan kelinci di jalanan dramaga. Bukan pedagang besar, toh hanya pedagang jalanan yang membawa 8-10 kelinci anakan.

Dapat ditebak berapa uang yang ada di kantongnya, sebab tak seorangpun mampir dan membeli dagangannya. Semua orang berlalu lalang. Hanya sekilas melirik dan pergi. Sibuk dengan pikirannya masing-masing.
 
Tatkala seorang renta lewat di depan pedagang kelinci anakan, sang pedagang mengenggam 3-4 koin receh. Menyelipkan ke tangan seorang renta, meskipun ia sendiri tak bernasib lebih baik. 
 
"Ini nek, buat nenek."
 
Sekilas terlihat kejam. Kemana manusia-manusia kaya, sementara yang miskin harus mengasihi yang miskin pula. Uang mereka yang tak banyak berpindah tangan kepada sesama yang tak berpunya. Dari kantong tipis ke kantong tipis. Siklusnya berputar.
 
Saudagar kaya sibuk di TV
 
Bapak sibuk membagi-bagikan dana kepada rekan sejawat. Lantas ia menulis serangkaian adegan yang tersusun rapih untuk mengelabuhi mata negara. Sepertinya Bapak lupa negara tak lagi dalam kungkungan kebodohan. Perlahan kami menjadi pintar.
 
Trilyunan rupiah beterbangan. Masuk ke kantong yang sudah gembung. Kantong yang salah alamat. Kartu identitas masyarakat lama sekali jadinya. Orang bilang sistemnya akan diperbaiki, terintegrasi. Tapi sampai sekarang yang digenggam hanya kartu identitas mati. Belum diperbaharui.
 
Bapak sekarang sering muncul di TV. Dengan tuduhan sebagai kepala pembagi-bagi "rezeki". Tapi Bapak dan pengacara membela diri. Bapak selalu bilang tidak tahu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sumber: kaskus.co.id
 
“Kembali... Cinta.” Salah satu kalimat dari sekian kalimat yang menghiasi dinding-dinding bangunan Aleppo. Sebagian besar hancur dihantam bom dan rudal. Warga Aleppo yang amat mencintai tanahnya berjanji akan kembali. Meskipun untuk saat ini dengan berat hati mereka meninggalkan tanah ibunya. Rezim Assad yang kejam memisahkan warga dan tanah Aleppo. Tempat mereka dilahirkan, tempat sanak saudara dikuburkan, tempat mimpi-mimpi diperjuangkan. Tempat kebenaran ditegakkan.

Zionis Israel menghantam bangunan dengan bom dan senjata. Anak-anak menangis kehilangan Bapak dan Ibunya. Para istri tersayat hati mendengar suaminya syahid membela Palestina untuk Islam tercinta. Darah dan air mata seperti genangan air di musim hujan. Kalau tidak karena cinta mungkin saja dengan mudahnya mereka pergi. Mencari tanah yang lebih aman dan sentausa. Bukankah Palestina milik seluruh umat muslim? Al-Aqsa yang suci di tanah Palestina seharusnya diperjuangkan bersama oleh seluruh umat muslim dunia. Namun dengan bangga rakyat Palestina menyuguhkan diri.  Sedangkan kita yang hanya termangu dan berduka sewajarnya menyaksikan berita perang Palestina di televisi.

Rosul Muhammad bersedih hati. Selama 53 tahun beliau hidup dan menginjakkan tanah di Mekkah. Tanah Mekkah yang dicintai Rasulullah harus ditinggalkan demi keselamatan. Beliau mendapatkan banyak sekali ancaman, cacian, dan makian penduduk kota Mekkah. Bahkan Rasulullah berkali-kali hampir dibunuh. Diriwayatkan bahwa pada saat pembebasab kota Mekkah, Rasulullah SAW berdiri di atas bukit Hajun, lalu bersabda “Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah sebaik-baiknya bumi Allah, dan sesungguhnya engkau adalah negeri yang paling dicintai Allah. Seandainya aku tidak di usir darimu, niscaya aku tidak akan meninggalkanmu.” (Diriwayatkan dari ibnu Umar bin Adiy bin Abil Humra, dikutip dari ‘Atiq bin Ghaits al-Biladi).

Permata kebanggaan Indonesia, Bacaruddin Jusuf Habibie menorehkan tinta emas atas nama Indonesia. Cintanya terhadap tanah air membuat BJ Habibie rela melepaskan karir cemerlangnya di Jerman. BJ Habibie percaya bahwa Indonesia memiliki masa depan yang cerah sehingga ia harus kembali untuk membangun bangsanya.

Ribuan ulasan dan pendapat mengakui Indonesia sebagai surga dunia. Tanahnya subur, kondisi sumber daya alamnya makmur, lautnya menawan, daratannya tak kalah mempesona. Di negeri ini hasil bumi melimpah. Dahulu kala orang-orang asing yang meyakini adanya tembaga di sekujur tubuh gunung dan terhampar di seluruh permukaannya. Namun setelah di teliti, tidak hanya tembaga yang tersimpan, melainkan juga emas dan perak. Tambang gunung tembaga, emas, dan perak tersebut kini dikenal sebagai tambang Freeport, Papua, Indonesia. Saat ini tanah bekas galian tambang menganga besar membentuk lubang raksasa yang menggerus permukaan bumi.

Indonesia kaya akan budaya. Warna-warni tarian, makanan khas, bentuk rumah, bahasa, dan pakaian. Apakah kita mencintainya? Semoga kita mencintainya. Kini berbagai jenis batik terlihat menawan dikenakan dengan rasa bangga terhadap Indonesia. Kios-kios pinggir jalan berlomba-lomba menjual batik dengan berbagai corak warna dan motif. Berbondong-bondong masyarakat memakai batik setelah klaim perebutan oleh negara tetangga begitu membuat geram dan marah. Sebelumnya batik begitu lekat dengan stereotipe ‘ketinggalan jaman’.

Negeri ini juga aman sentausa, tak ada senjata, bom, apalagi rudal, tak ada genangan darah dan tangis, tak ada robohan bangunan yang menggunung. Namun negeri ini tetap riuh, jutaan jari menempel pada keypad handphone atau tuts laptop menyerang satu sama lain dengan berbagai lontaran yang menyakitkan hati. Aib disebar dimana-mana. Berita sepi peminat, namun gosip menyebar cepat. Penghujat social media bersembunyi dibalik akun maya. Tak punya nyali menunjukkan diri. Wajah negara kita tercermin dari moral masyarakatnya. Budaya demikian tak patut ditunjukkan oleh negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.

“.....dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Qs. Qasas 28: 77).

Indonesia layaknya pisau. Pisau tersebut terbuat dari bahan yang mengkilap dan kuat. Mata pisaunya tajam pula. Harganya mahal karena bahan pisau tidak mudah didapatkan. Pisau tersebut digunakan untuk memotong dan mengiris bahan pangan dengan sempurna. Menghasilkan makanan sedap dan lezat. Namun apabila pisau tersebut tidak pernah digunakan, maka ia akan tumpul dan berkarat. Teronggok tak berguna. Bisa jadi pisau tersebut diambil orang yang bersedia merawat dengan baik dan mengasahnya setiap hari. Lantas ia membuat makanan yang lebih sedap dan lezat dari yang pernah dibuat pemilik lama. Pisau terbut layaknya kekayaan yang dimiliki Indonesia. Masyarakat lah yang memiliki peranan penting tentang kemana negeri ini akan dijalankan. Akankah negeri ini dijaga kehormatannya dan dirawat kekayaanya? Atau justru membiarkan kekayaan negeri ini  tumpul dan berkarat lalu diambil orang lain?
Rasa-rasanya Indonesia tidak sedang menunggu uji ketabahan dari Allah layaknya Aleppo atau Palestina. Ataupun pengusiran dari tanahnya sendiri seperti Rosul Muhammad ketika berhijrah. Hei, Indonesia memiliki teladan seorang Habibie yang jenius dan membanggakan. Rasa cinta tanah airnya begitu tinggi, lantas apa yang membuat kita tak mengikuti langkahnya? Allah melimpahkan rezeki untuk Indonesia, maka bukti cinta kita atas pemberian Allah tersebut adalah dengan cara bekerja keras untuk membuat negeri ini makmur atas ridho Allah. Mencinta dahulu, maka masa depan cerah negeri ini akan datang mengikuti.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose