• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan


Sonde terpekik ketakutan. Suara gesekan sayap jangkrik terdengar dari penjuru utara dan selatan. Tubuhnya dibungkus seresah daun kering warna coklat dan ranting-ranting rapuh. Gatal. Seluruh badannya gatal. Ia menggaruk seluruh bagian badan mulai dari punggung, betis, lutut, telapak kaki, dan lengan. Ia merasakan cairan menyentuh ujung jemari. Pekat warna merah. Perlahan perih menjalari lengan bagian atas sebelah kiri. Luka yang menganga membentuk goresan taring besar.

Sonde menggigil sembari menyapu pandang barangkali pemilik taring masih berada di sekitar. Ia sadar tak seharusnya berkeliaran di belantara seperti ini. Meninggalkan kampungnya yang tenteram dan memilih hidup menggelandang. Hidup tanpa papan sangat mengancam keamanan jiwa. Semalam Sonde ingat betul bagaimana ia memanjat pohon penuh percaya diri dengan membawa temali dan beberapa potong kayu untuk bermalam. Mentakaburi alam bahwa hidup di alam tak sesulit yang orang bilang. Sesampainya di atas pohon, Sonde disengat makhluk marah. Segerombolan semut api muncul dari lubang kecil di balik pohon. Seluruh permukaan kulitnya menjadi santapan amarah. Ia melepaskan pegangan erat dan melucur ke bawah. Bebas. Lalu tak sadarkan diri. Kepalanya terantuk tanah.

Seonggok daging selama satu malam penuh meringkuk tanpa gerak. Sangat mudah bagi karnivor-karnivor berperut kosong untuk menjadikannya makan malam. Sungguh Sonde beruntung. Hanya lengan atas nya yang tergores taring besar. Namun ia tetap waspada. Sekelebat Sonde melihat bayangan bergerak dari balik pohon. Bayangan itu semakin terasa, namun tak kunjung mendekat batang hidungnya. Mungkin saja harimau, atau singa yang lapar. Sonde memberanikan dir sekaligusi menahan perih melangkah ke balik pohon dengan cepat.

Kosong. Hanya udara dan beberapa rontokan bulu berwarna coklat pudar. Melayang. Sonde memutari pohon sekali lagi. Pemilik bulu warna cokelat tua tetiba melata cepat. Sonde segera berlari menjauh. Seekor musang mencoba mendekati Sonde. Beberapa langkah lagi moncong musang menjilat ke arah luka lengan kiri Sonde. Secepat kilat Sonde meraih apa saja di sekitarnya. Ranting pohon ia sambar. Lalu dihentakkan ke arah tubuh musang. Patah.

Sonde mengambil kayu lain yang lebih kokoh. Kayu bekas pohon yang roboh sebesar betis orang dewasa. Kepayahan Sonde mengangkatnya. Lalu membanting sekuat tenaga ke arah musang. Lihai musang menghindar. Sonde merasa dicela. Lukanya terasa semakin ngilu. Ia kini dirasuki hasrat pembalasan dendam atas sakit yang dirasakan. Sekali lagi Sonde mengangkat bongkahan kayu dan berdebam. Mengenai punggung musang. Tetapi musang masih melenggang walau pincang. Sonde membuang kayu tersebut ke sembarang arah. Dan menyambar batu segenggaman tangan. Meluncur pesat tanpa hambatan. Kencang. Keras. Tepat mengenai batok kelapa musang. Musang tergeletak. Nafasnya tersengal lewat mulut. Lalu habis.

Sonde mendekat. Sembari memegangi lengan kirinya. Ia terkekeh. Menggoyang-goyangkan badan musang. Ada tiga gores sayatan di perut bagian bawah. Seperti darah berumur semalam. Musang tak bernyawa. Sonde jongkok mengamati mulut musang yang terbuka. Membandingkan besar taring musang dan goresan taring lukanya. Tak sama.

***
Suara berdebam keras mengagetkan seekor musang yang tengah berjalan mencari biji kopi matang warna merah. Musang memeriksa sumber suara. Seorang manusia jatuh dari ketinggian pohon dan tak sadarkan diri. Kulitnya memerah terkena sengatan semut api. Dari kejauhan terdengar suara endusan binatang kelaparan. Malam saat yang tepat untuk mengisi perut binatang hutan. Musang awas mengamati sekitar.

Satu ekor anjing liar datang dari hutan bagian dalam. Mulutnya penuh air liur. Matanya berbinar menemukan seonggok daging segar tak sadarkan diri. Anjing mendekat dengan rakus. Musang mendorong badannya dengan moncong. Anjing terpelanting. Musang mencakar. Anjing menggigit. Namun musang menghindar gesit. Anjing mendekat ke arah manusia yang tiada sadarkan diri, menggigit lengan sebelah kiri dengan penuh nafsu. Belum sampai tertelan dagingnya, musang kembali bangkit. Mencakar punggung anjing. Anjing terpekik kesakitan. Anjing membalas dengan mecakar tepat di bagian perut musang. Darah segar menetes. Musang membalas, ia membabi buta mencakar dan menggigit seluruh bagian tubuh anjing. Anjing mundur pincang. Kembali ke hutan dalam.

Musang mengatur nafas, melirik manusia yang terluka lengan kirinya. Ia mengambil tempat tak jauh. Terjaga dan menjaga sepanjang malam. Takut-takut jika bahaya lain datang mengancam.

 

 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kalau berat maka letakkan saja. Letakkan saja dimanapun kau suka. Mungkin almari pojok ruangan. Atau di atas ayunan yang bergerak sendirian. Atau meja bekas makan.

Bisa jadi esok hari nenek temukan isinya ketika membuka almari. Mencari sepasang selendang dan penutup kepala. Dan tak sengaja menyentuhnya. Dan jatuh. Terbuang. Hilang.

Bisa jadi esok hari segerombolan anak beradu kepemilikan ayunan. Tak ada yang mau mengalah. Dan ayunan terbalik. Terkuburnya ia dalam-dalam. Di bawah pasir. Lenyap.

Bisa jadi esok hari ibu ikut membersihkannya bersama kotoran piring dan gelas bekas makan pagi. Dan membuang seresah bersama ia ke dalam tong. Menjadi sampah. Dan musnah.

Kemanapun. Sungguh kemanapun. Ia sangat berat hebat membebat. Kusebutnya: Hati yang sedang jatuh.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Ujung romansa yang tumpul
Setiap hari diasah oleh sebatang besi yang rapuh
Retak
Retak
Tukang pandai pun menjadi menjadi iba
Besi selanjutnya dan selanjutnya

Mengapa tak disulut saja dengan api?
Aku ada tungku
Dan kau talu-talu biar runcing
Supaya mengiris-iris hati
Jadi sepotong
Sepotong lainnya hilang
Dijadikan tumbal agar kisahnya tak mengekor

Biar terang
Biar tenang
Share
Tweet
Pin
Share
10 comments
Ketika jatuh cinta

Selayaknya aku punya dua kacamata. Yakni kacamata perasaan dan kacamata logika.
Jikalau kamu hanya punya salah satunya, maka runyam urusan ini. Berkelindan seperti maling. Hilang sembunyi. Hilang sembunyi. Tak akan pernah selesai.

Kacamata perasaan.
Semua orang tahu bagaimana kepayangnya orang jatuh cinta. Gunung bagaikan pantai. Kucing dikira tikus. Dan serangkaian perumpamaan tak wajar lainnya. Aku telah masuk pada suatu kotak imajinasi. Yang kulipat dan kubungkus rapih. Tak ada orang yang sudi memasuki. Kecuali aku yang sedang mabuk. Bergulat dengan imajinasi yang lama kelamaan membuatku lumpuh. Sarafku sementara terpotong. Maka aku putuskan untuk menggunakan kacamata ini seperlunya saja. Atau aku akan diselimuti ketidakwarasan lainnya.

Kacamata logika.
Urusan jatuh cinta ini begitu mudah sekali. Tuan waktu mengambil banyak kepentingan. Serahkan segala urusan padanya. Selesai sudah urusan ini. Tuan waktu hanya mensyaratkan untuk menghapus segala bentuk ketidakpentingan. Baik itu dalam bentuk pertemuan nyata atau maya.  Maka aku putuskan untuk menggunakan kacamata ini sesering mungkin. Hingga tercerabut sudah perasaan. Lenyap. Hilang.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose