• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan

People, Cartoon, Social Distance

Banyak usaha yang belum ada hasilnya. Atau sampai akhir memang ngga ada hasilnya.

Dada saya mengembang saat menyaksikan 1 Hari 1000 Pesan nya Haris Azhar. Beliau bilang dengan gaya tenang dan penuh pertimbangan, "Saya orang yang percaya sama proses. Saya orang yang bukan hanya percaya, tapi kadang-kadang hasil tuh ngga dapet. Tapi proses jauh lebih penting." 

Memperjuangkan hukum di Indonesia butuh daging dan darah-darah. Kalau Haris Azhar cuma percaya sama hasil, dan usaha yang tak berujung adalah upaya yang sia-sia, sangat mungkin jika beliau angkat tangan dan bersih-bersih meja dari kasus penanganan hukum pertamanya. 

Beberapa hari lalu, saya dan teman saya bertemu. Kami berbicara tanpa garis dan benang merah. Melontarkan pertanyaan dan jawaban apa saja. Kami tak punya simpulan dan saran seperti catatan akhir skripsi mahasiswa. Saya yakin dia juga tak lega dengan pembicaraan kami yang berakhir di awang-awang. 

Lebih banyak kami membicarakan mimpi, yang terkadang terdengar seperti halusinasi memuakkan. Tapi kalau tak bermimpi, hidup ngga ada bedanya sama benda mati. Sudah lama mimpi kami eram seperti telur. Sampai sekarang justru bertanya-tanya, apakah akhirnya hanya akan menjadi bunga tidur.

Kami seharusnya sadar sedang berada pada proses. Mencoba menghargai dan menjalani sepenuh hati, sama seperti Haris Azhar.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Marriage, Celebration, People, Person, Wedding, Love

Pada akhirnya, yang tahu kapan waktu yang tepat, ya cuma kamu.

Tagar #nikah atau #gabungannamaduaorangyangudahnikah sering sekali muncul di feed Instagram kau yang berumur 25 dan sekitarnya. Artis idola dan teman-teman sejawat sedang asyik merayakan hari bahagianya. Dan saat itu terjadi, seolah-olah kau orang yang paling menderita di atas muka bumi karena masih sendiri. Memeluk kedua belah lutut di bawah hujan-hujan. 

Mereka tampan dan cantik dengan setelan yang gagah dan gaun yang anggun. Tersenyum ceria di atas panggung bunga-bunga, didatangi hadai taulan, sanak keluarga, karib baru dan lama. Sedangkan, kau hanya penghuni dunia maya bersembunyi di balik layar handphone. Ikut tertawa tapi tak lama, bibir kau yang lama-lama turun melengkung membentuk setengah lingkaran. Dalam hati mengaduh, aku kapan ya? 

Semoga ini bukan cerita kau. Sudah diusahakan tak menyentuh Instagram. Simbol kotak warna ungu itu sudah diasingkan jauh-jauh dari layar utama. Diletakkan di usapan layar kesekian. Atau jika kau tega hati, sudah kau hapus aplikasi yang dulu sehari bisa puluhan kali dikunjungi. Aman. Berita resepsi tak akan muncul lagi berjoged-joged di depan kau. Tapi tiba-tiba..

Paman dan tante kau yang rumahnya jauh sekali. Setahun belum pasti berkunjung, kali ini tiada angin tiada hujan lancar jalannya menuju rumah kau. Bertanya ini itu, bagaimana kabar orang tua, dan kabar kau juga. Sampai pada pertanyaan basa-basi, yang ini kapan nikah? Jari telunjuknya tepat di hadapan wajah kau yang sudah malas sekali meladeni omongannya.

Ini bukan kisah pribadi. Bukan.

*bersambung. dan disambung kapan-kapan. 


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Court, Jury, Debate, Lawyer, Legal, Justice, Law, Judge

Tiba-tiba saya diminta menjadi hakim untuk mengadili kasus saya sendiri. Lucu, saya jadi bingung sekaligus senang. Bisa dimenangkan dengan mudah artinya. Saya tak perlu melakukan pembelaan, merayu hati jaksa penuntut umum. Saya bisa melenggang bebas dari jeruji besi, tak perlu masuk bui dan tersiksa.

Tapi setelah dipikir-pikir, saya terlalu pongah sebagai manusia. Merasa semua akan baik-baik saja. Padahal mengadili kasus sendiri justru rumit. Kau harus melakukannya sendirian. Tanpa pengacara, tanpa rekan-rekan. Tidak ada dukungan moral dari penonton ruangan sidang. Palu hakim ada di ujung jari-jemari. Sekali salah putusan, benar tak akan masuk bui. Tapi teror sesal yang saya tombakkan ke pelipis sendiri lebih tajam daripada jenis jeruji besi manapun.

Jikalau salah putusan, bisa saja sewindu setelah kejadian, kasusnya terngiang dengung di balik kepala. Menggantung di daun-daun telinga. Saya bisa tiba-tiba jatuh. Badan menumbuk lantai karena perasaan yang tak adil. Sengaja saya sambit diri saya dengan hal-hal dzalim.

Maka saran ibu peri yang ada di dada sebelah kanan - saya dengar ia berbisik diam diam - bahwa eloknya kasus ini dipertimbangkan matang-matang. Salah mengaku salah, benar lalu syukur. Sebelumnya, ada baiknya menanyakan hal-hal yang membingungkan terkait persidangan kepada mereka yang dipercaya handal. Atau benda mati yang sama handal. Atau benda semi-mati yang juga handal, ia ada di dunia maya. Tanyakan kepada mereka baik buruknya. Lalu, otak saya yang bijak menimbang tanpa berat sebelah.

Selamat menjadi hakim yang adil.

Setelah saya tidak menyelesaikan panggilan seleksi kerja pertama saya. Selamat menikmati keputusan terbaik.


Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Group, Bunch, Folks, Characters, Buddies
Ini adalah cuplikan seruan Faldo Maldini yang saya kagumi: "... gue percaya kalo kita sama-sama jalan, insyaAllah kita akan ketemu di satu titik. Tapi kalau kita ngga ketemu berarti salah satu dari kita berhenti, kalau ngga lo yang berhenti, gue yang berhenti. Yang jelas gue akan terus jalan..." 

Di tengah keputus asaan waktu itu, penelitian yang tak kunjung selesai, teman-teman yang semakin sedikit, biaya penelitian yang terlanjur banyak dikeluarkan, seruan singkat Faldo Maldini membuat saya tetap terus berjalan. Meskipun tak cepat, tapi akhirnya sampai juga. 

Beberapa hari lalu, saya menyaksikan video Youtube Iqbal Hariadi. Dia bilang singkatnya,  jangan bingung ketika usia kau berkisar 20an, karena semua orang juga bingung, sama seperti kau. Ah, dan malam-malam yang panjang sering terjadi ketika usia kau hampir satu per empat abad. Merenung dan mencapai pikiran yang luasnya sangat membentang, yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Kau bisa capai langit-langit dan membuat awang-awang pikiran kau sendiri saat malam. Menciptakan kemungkinan paling cemerlang sampai paling pahit. 

Quarter Life Crisis lama-lama menjadi hal klise yang digaungkan orang-orang. Tapi krisis yang klise tetaplah krisis. Jalan keluarnya tidak mudah, tapi harus dicari agar bisa dilewati dengan gagah. Di tengah pandemi yang membuat kau sering sendiri, tuntutan Quarter Life Crisis semakin keras bicara, semakin lantang terdengar. Tidak ada yang bisa dilakukan, selain terus jalan. 


Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose