Setelah malam seribu bulan tahun ini. dan sujud-sujud banyak sebelum tidur. aku masih saja memanjatkan doa setelah sekian lama, mungkin kamu sudah lupa rasanya, tapi aku masih saja meminta kepada Tuhan kita, agar kamu mengucapkan kalimat yang disahkan dan aku mengabulkannya. Amin.
Pernahkah setelah sekian lama waktu kau digunakan untuk berpikir keras mengenai suatu hal. Kau melewati berbagai jalan dan titian yang tak mudah. Siang malam membawa beban yang harus kau selesaikan. Hampir muak, hampir menyerah.
Pernahkah merasa mengerahkan seluruh kemampuan. Usaha kau hampir sempurna meskipun tetap banyak cacatnya. Berharap upaya kau mampu menjadi sebuah kepuasan dan tujuan akhir dari pencarian dari berbagai macam pertanyaan: kapan selesai, kapan memulai tahap berikutnya. Dan pembandingan demi pembandingan terus digaungkan di dekat telinga kau.
Pernahkah menelan cukup banyak kesia-siaan dalam waktu yang lama, nyatanya kau tidak mendapat apa-apa.
Terkadang apa yang kau pikir pencarian adalah menemukan hal yang nun jauh disana. Sejatinya pikiran kau terlalu rumit untuk semesta yang terlampau lebih rumit. Maka sederhanakan saja. Barangkali yang kau cari dekat sekali. Barangkali orang yang kau yakini tak sudi menawarkan bantuan adalah pundak paling kuat. Barangkali jawabannya sesederhana ini: fokus, tenangkan pikiran, jalani saja.
Sumber gambar: majalahdia.net
Penulis tiga zaman, Nh. Dini yang tahun lalu telah tutup usia. Penulis yang banyak mengunggah sisi kekuatan wanita. Sehingga, barang siapapun yang ingin memahami seluk beluk perasaan wanita karya Nh. Dini menjadi judul mula-mula yang wajib dibaca. Demikan: saya hanya mengutip pendapat orang.
Dan pernah suatu ketika ia berjalan beriringan dengan puteranya, Padang, di sebuah trotoar panjang. Rasa syukur ia panjatkan kepada Tuhan karena telah memberikan anak yang santun. Sebab ketika sepanjang itu, kala ia lelah, anaknya sudi duduk sementara sembari menghirup udara dan mengistirahatkan lelahnya. Ia berterimakasih kepada Tuhan sebanyak-banyaknya karena telah berbaik hati untuk anugerah yang ia terima selama delapan dekade lebih umurnya.
Maka pada tahun ia menuliskan syukur kepada Tuhan di hilir halaman buku pamungkasnya. Pada tahun yang sama, ia dipanggil Tuhan karena telah habis waktu hidupnya.
Dan betapa seorang ibu dengan tulus mengucapkan syukur kepada Tuhan atas kesediaan seorang anak yang sekadar menemani berjalan lurus di sependek trotoar dibandingkan dahulu kala. Ketika sang anak yang baru kenal dunia belajar cara menapakkan kaki di tanah berlarian tak kenal lelah. Sang ibu mau tak mau mengekor pandang dan mengejar sigap berulang-ulang. Sepanjang jauh jaraknya. Rasanya kala itu anak siapapun tak pernah ajukan pujian atau rasa terimakasih kepada Tuhan.
Sumber gambar: tribunnews.com
Pada dasarnya semua orang memang lahir sendirian, hidup sendirian, matipun tak pernah membuat janji mengajak teman atau handai taulan. Tapi mengapa dosa sering diajukan pada mereka yang gemar menyendiri, menghindari hiruk pikuk keramaian, dan kebisingan bibir-bibir banyak orang?
Sendiri bukan berarti pribadi tak menyenangkan sebab tak ada yang sudi menemani. Bukan pula karena keanehan yang mengundang miringnya pertanyaan. Sendiri artinya butuh ruang kontemplasi dan dialog dengan diri sendiri.
Ada beberapa kejadian hidup ini yang hanya bisa didamaikan lewat percakapan dua pihak yang berada pada satu raga satu jiwa. Ada saatnya mengelus dada dan membiarkan udara masuk ke rongga nafas tanpa ganggu gugat pihak lain yang tak punya kepentingan. Dialog-dialog semesta sambil memejamkan mata adalah bentuk interaksi terbaik saat dunia tak lagi ramah atau di dalam raga ada jiwa yang marah.
Suara nurani lirih yang sering diabaikan terdengar lebih jernih. Pemaknaan demi pemaknaan diterima dengan lapang. Hati yang rumit menjadi terurai persatu.
Sendiri merupakan pilihan. Sama seperti ketika kau memilih teh manis hangat atau dingin. Tak ada yang tak sedap, tergantung selera dan udara.
Tapi jangan pula lupa, sendiri terkadang mengundang rindu berbondong-bondong kepada seseorang yang susah dilupa.
Selamat menjadi Penyendiri~
Sumber gambar: poets.media