• Home
  • About
  • Puisi
  • Pendapat
  • Cerita Aneh
instagram Email

Pangeran Kucing

Jurnal Harian dan Kata-kata Bualan



Judul : Rectoverso
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan : Kesepuluh, September 2016
Tebal : ix + 170 halaman
ISBN : 978-602-7888-03-6

Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu ku gapai sebatas punggungnya saja. Sesorang yang cuma sanggup ku hayati bayangannya dan tak akan pernah ku miliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggung mengejar. ~Rectoverso hal. 52
Kemalangan mengenai cinta yang tak terucap merupakan kisah klise namun tetap menjadi cerita sedih yang santar ingin didengar oleh orang-orang. Berbagai latar belakang diambil oleh Dee sehingga membuktikan bahwa jenis perasaan seperti ini sangat mungkin dirasakan oleh semua pihak tak terkecuali.

Sebelas cerita pendek dan sebelas lagu ditulis Dee dengan tujuan memberikan inovasi berupa perpaduan apik antar buku dan musik. Percampuran antara dua hal tersebut memberikan kesan unik dan melankoli tersendiri. Dee merangkai cerita dengan kelogisan yang baik sehingga pembaca membaca cerita Dee secara mengalir serasa seperti menjadi bagian dari cerita bukan hanya penikmat semata.

Dee menampilkan orisinalitasnya di setiap cerita. Dari 11 cerita pendek Rectoverso, keseluruhan cerita tidak menimbulkan bias ide satu sama lain. Setiap cerita memiliki ciri khasnya masing-masing. Seperti salah satu judul cerita pendek yaitu "Malaikat Juga Tahu" yang bercerita mengenai seseorang yang memiliki kelainan jiwa namun sejatinya ia tetap memiliki rasa cinta dan diutarakan dengan caranya sendiri. "Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta....." ~ Rectoverso hal. 18.

Selain itu juga ada beberapa cerita Dee pada Rectoverso yang menunjukkan sisi orisinalitasnya yakni pada cerita "Aku Ada" yang menceritakan dimensi lain setelah kehidupan yang sejatinya masih ada, serta "Firasat" yang menampilkan sisi lain dalam jiwa seseorang, yakni ada beberapa orang yang 'diwarisi' perasaan tajam yang merupakan indikasi suatu kejadian.

Secara fisik, Rectoverso memiliki tampilan yang menarik terlebih setelah edisi terbaru diproduksi. Baik dari cover maupun layout  Rectoverso telah sesuai dengan konten cerita. Namun dari segi penjilidan, buku Rectoverso tidak memiliki kualitas yang baik. Hanya selang beberapa hari setelah pembelian, satu per satu jilidan buku terlepas sehingga kertas berceceran. Hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan pembaca.

Secara keseluruhan, Rectovesro layak untuk dibaca namun dengan catatan tambahan bahwa pembaca harus diatas 18 tahun karena terdapat satu cerita yang berjudul "Cicak di Dinding" dengan isi cerita yang sedikit 'dewasa'. Rectoverso merupakan paket lengkap sebuah buku, cocok untuk pembaca yang sedang butuh entertain dari sebuah buku.








Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Buku seharusnya mengingatkan kita kepada langit dan mega, kepada kisah dan keabadian, melupakan aku pada pisau dan tali, melupakan kepada bunuh diri
~ Soebagio Sastrowardojo, Sastrawan

Hari minggu, 12 November 2017 Forum Lingkar Pena mengadakan pertemuan ketiga kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Resensi Buku dan Film" bersama Kang Usup Supriyadi meskipun dalam pembahasan lebih banyak pemaparan mengenai resensi buku dibandingan film. Kang Usup memaparkan contoh-contoh resensi dari sumber-sumber ternama seperti basabasi.co. Contoh peresensi yang telah terkenal berdasarkan hasil resensinya yakni Ulil Ansor.

Pembukaan dari Kang Usup mengenai gambaran resensi telah cukup mengantar pramuda FLP Bogor angkatan 10 untuk melihat sekilas mengenai definisi resensi. Secara definitif, resensi merupakan penulisan kembali apa yang telah diserap dan memberikan komentar. Secara bahasa resensi berarti melihat kembali, menimbang, dan menilai.

Kang Usup menjelaskan bahwa dalam penulisan resensi perlu diperhatikan hal-hal diantaranya yang pertama adalah judul resensi yang dipilih berbeda dengan judul buku. Yang kedua adalah Kartu Tanda Buku (KTB) yang wajib ada di setiap resensi. Yang ketiga yakni kalimat pembuka, dimana diperlukan kutipan yang menarik atau bisa berisi latar belakang penulisan buku. Yang keempat adalah isi bahasan yang merupakan inti dari ulasan resensi yang berisi kekurangan dan kelebihan buku. Yang kelima adalah penutup yang merupakan kesimpulan mengenai kelayakan buku tersebut untuk dibaca. Sedangkan resensi film pada dasarnya memiliki teknik yang sama dengan resensi buku.

Pada akhir sesi, Kang Usup memberikan waktu kepada Pramuda FLP Bogor angkatan 10 untuk melakukan resensi buku yang telah dibawa sebelumnya. Peserta Pramuda dengan antusias melakukan resensi buku yang selanjutnya akan diulas dan dikoreksi oleh Kang Usup.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kisah Yusuf yang penuh tantangan. Hidupnya dihujani dengan fitnah dan ujian. Saudara yang tak mengiginkannya, digoda oleh perempuan istri Tuannya, sampai dipenjara karena dosa yang sejatinya tak pernah Yusuf lakukan.
Cerita Nabi Yusuf yang abadi tertulis nyata di dalam Al-Qur'an yang agung merupakan kisah paling baik sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Hari minggu, 5 November 2017 Forum Lingkar Pena mengadakan pertemuan kedua kalinya. Tema pertemuan kali ini adalah "Ayo Menulis Fiksi" bersama Ibu Sih Wikan. Ibu Sih Wikan merupakan seorang yang ahli di bidang fiksi khususnya cerpen dan novel. Terbukti, Ibu Wikan telah berhasil menulis sebuah buku dengan judul Cinta Haramain.

Berbagai teknik menulis terutama menulis cerpen dipaparkan. Mulai dari teknik-teknik dasar menulis cerpen hingga motivasi untuk mengembalikan tujuan awal dalam penulisan cerpen, yakni menyampaikan pesan baik dan Qur'ani. Beberapa tips agar cerita yang ditulis menjadi menarik diantaranya yang pertama adalah memilih konflik yang dilatarbelakangi oleh riset yang mendalam dan kekinian. Yang kedua adalah menggunakan kalimat pembuka yang menarik, sehingga pembaca tidak merasa bosan di awal cerita. Yang ketiga adalah menggunakan logika cerita dengan masuk akal, dengan begitu cerita akan terasa lebih nyata. Yang keempat adalah menyampaikan nilai-nilai atau amanan, inti dari sebuah cerita yakni nilai-nilai yang disampaikan. Yang kelima adalah memilih ending yang tak tertebak agar cerita membekas di hati dan pikran pembaca.

Ibu Wikan memberikan tantangan kepada pramuda FLP angkatan 10 untuk menulis cerpen secara mendadak menggunakan plot yang telah ditentukan. Dua karya terbaik akan dipilih dan diberikan reward langsung dari Ibu Wikan berupa buku hasil karangannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sonde terpekik ketakutan. Suara gesekan sayap jangkrik terdengar dari penjuru utara dan selatan. Tubuhnya dibungkus seresah daun kering warna coklat dan ranting-ranting rapuh. Gatal. Seluruh badannya gatal. Ia menggaruk seluruh bagian badan mulai dari punggung, betis, lutut, telapak kaki, dan lengan. Ia merasakan cairan menyentuh ujung jemari. Pekat warna merah. Perlahan perih menjalari lengan bagian atas sebelah kiri. Luka yang menganga membentuk goresan taring besar.

Sonde menggigil sembari menyapu pandang barangkali pemilik taring masih berada di sekitar. Ia sadar tak seharusnya berkeliaran di belantara seperti ini. Meninggalkan kampungnya yang tenteram dan memilih hidup menggelandang. Hidup tanpa papan sangat mengancam keamanan jiwa. Semalam Sonde ingat betul bagaimana ia memanjat pohon penuh percaya diri dengan membawa temali dan beberapa potong kayu untuk bermalam. Mentakaburi alam bahwa hidup di alam tak sesulit yang orang bilang. Sesampainya di atas pohon, Sonde disengat makhluk marah. Segerombolan semut api muncul dari lubang kecil di balik pohon. Seluruh permukaan kulitnya menjadi santapan amarah. Ia melepaskan pegangan erat dan melucur ke bawah. Bebas. Lalu tak sadarkan diri. Kepalanya terantuk tanah.

Seonggok daging selama satu malam penuh meringkuk tanpa gerak. Sangat mudah bagi karnivor-karnivor berperut kosong untuk menjadikannya makan malam. Sungguh Sonde beruntung. Hanya lengan atas nya yang tergores taring besar. Namun ia tetap waspada. Sekelebat Sonde melihat bayangan bergerak dari balik pohon. Bayangan itu semakin terasa, namun tak kunjung mendekat batang hidungnya. Mungkin saja harimau, atau singa yang lapar. Sonde memberanikan dir sekaligusi menahan perih melangkah ke balik pohon dengan cepat.

Kosong. Hanya udara dan beberapa rontokan bulu berwarna coklat pudar. Melayang. Sonde memutari pohon sekali lagi. Pemilik bulu warna cokelat tua tetiba melata cepat. Sonde segera berlari menjauh. Seekor musang mencoba mendekati Sonde. Beberapa langkah lagi moncong musang menjilat ke arah luka lengan kiri Sonde. Secepat kilat Sonde meraih apa saja di sekitarnya. Ranting pohon ia sambar. Lalu dihentakkan ke arah tubuh musang. Patah.

Sonde mengambil kayu lain yang lebih kokoh. Kayu bekas pohon yang roboh sebesar betis orang dewasa. Kepayahan Sonde mengangkatnya. Lalu membanting sekuat tenaga ke arah musang. Lihai musang menghindar. Sonde merasa dicela. Lukanya terasa semakin ngilu. Ia kini dirasuki hasrat pembalasan dendam atas sakit yang dirasakan. Sekali lagi Sonde mengangkat bongkahan kayu dan berdebam. Mengenai punggung musang. Tetapi musang masih melenggang walau pincang. Sonde membuang kayu tersebut ke sembarang arah. Dan menyambar batu segenggaman tangan. Meluncur pesat tanpa hambatan. Kencang. Keras. Tepat mengenai batok kelapa musang. Musang tergeletak. Nafasnya tersengal lewat mulut. Lalu habis.

Sonde mendekat. Sembari memegangi lengan kirinya. Ia terkekeh. Menggoyang-goyangkan badan musang. Ada tiga gores sayatan di perut bagian bawah. Seperti darah berumur semalam. Musang tak bernyawa. Sonde jongkok mengamati mulut musang yang terbuka. Membandingkan besar taring musang dan goresan taring lukanya. Tak sama.

***
Suara berdebam keras mengagetkan seekor musang yang tengah berjalan mencari biji kopi matang warna merah. Musang memeriksa sumber suara. Seorang manusia jatuh dari ketinggian pohon dan tak sadarkan diri. Kulitnya memerah terkena sengatan semut api. Dari kejauhan terdengar suara endusan binatang kelaparan. Malam saat yang tepat untuk mengisi perut binatang hutan. Musang awas mengamati sekitar.

Satu ekor anjing liar datang dari hutan bagian dalam. Mulutnya penuh air liur. Matanya berbinar menemukan seonggok daging segar tak sadarkan diri. Anjing mendekat dengan rakus. Musang mendorong badannya dengan moncong. Anjing terpelanting. Musang mencakar. Anjing menggigit. Namun musang menghindar gesit. Anjing mendekat ke arah manusia yang tiada sadarkan diri, menggigit lengan sebelah kiri dengan penuh nafsu. Belum sampai tertelan dagingnya, musang kembali bangkit. Mencakar punggung anjing. Anjing terpekik kesakitan. Anjing membalas dengan mecakar tepat di bagian perut musang. Darah segar menetes. Musang membalas, ia membabi buta mencakar dan menggigit seluruh bagian tubuh anjing. Anjing mundur pincang. Kembali ke hutan dalam.

Musang mengatur nafas, melirik manusia yang terluka lengan kirinya. Ia mengambil tempat tak jauh. Terjaga dan menjaga sepanjang malam. Takut-takut jika bahaya lain datang mengancam.

 

 
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Tentang Saya

Penulis yang suka main kata-kata. Cek juga hasil pikiran otak kiri saya di linisehat.com

Follow Us

  • instagram
  • Google+
  • youtube

Categories

  • Cerita Aneh (8)
  • Fiksi (5)
  • Pendapat (26)
  • Puisi (8)

recent posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Archive

  • ▼  2023 (3)
    • ▼  Juni 2023 (1)
      • Susah Payah
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  Maret 2023 (1)
  • ►  2022 (6)
    • ►  Juni 2022 (1)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (2)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2021 (5)
    • ►  November 2021 (1)
    • ►  April 2021 (2)
    • ►  Maret 2021 (1)
    • ►  Februari 2021 (1)
  • ►  2020 (30)
    • ►  November 2020 (2)
    • ►  Oktober 2020 (2)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (6)
    • ►  Juli 2020 (9)
    • ►  Juni 2020 (3)
    • ►  Mei 2020 (2)
    • ►  April 2020 (5)
  • ►  2019 (19)
    • ►  November 2019 (3)
    • ►  September 2019 (2)
    • ►  Agustus 2019 (3)
    • ►  Juni 2019 (5)
    • ►  Maret 2019 (3)
    • ►  Februari 2019 (2)
    • ►  Januari 2019 (1)
  • ►  2018 (29)
    • ►  Desember 2018 (3)
    • ►  November 2018 (1)
    • ►  Oktober 2018 (6)
    • ►  September 2018 (4)
    • ►  Agustus 2018 (6)
    • ►  Juni 2018 (1)
    • ►  Mei 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  Maret 2018 (4)
  • ►  2017 (44)
    • ►  Desember 2017 (10)
    • ►  November 2017 (1)
    • ►  Oktober 2017 (6)
    • ►  April 2017 (2)
    • ►  Maret 2017 (8)
    • ►  Februari 2017 (7)
    • ►  Januari 2017 (10)
  • ►  2016 (49)
    • ►  Desember 2016 (1)
    • ►  Oktober 2016 (3)
    • ►  Agustus 2016 (3)
    • ►  Juli 2016 (13)
    • ►  Juni 2016 (1)
    • ►  Mei 2016 (10)
    • ►  April 2016 (5)
    • ►  Maret 2016 (11)
    • ►  Februari 2016 (2)
  • ►  2015 (19)
    • ►  Desember 2015 (4)
    • ►  November 2015 (5)
    • ►  September 2015 (1)
    • ►  Agustus 2015 (1)
    • ►  Juli 2015 (2)
    • ►  Juni 2015 (2)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  Maret 2015 (2)
    • ►  Februari 2015 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Oktober 2014 (1)
    • ►  Juli 2014 (1)

Created with by ThemeXpose