Aku benci setiap bait puisimu. Membuatku meremas kertas puisimu dan membuangnya di ujung jalan. Bukan di tempat sampah. Tapi di selokan. Lalu hanyut bersama air bekas cucian, air bekas mandi, sampah kertas yang lain, sampah ranting, makanan sisa, tikus mati.
Aku benci setiap bait puisimu. Karena di dalamnya tak pernah ada aku.