Selama musim kemarau ini, suara kami parau sebab diminta berteriak oleh jiwa-jiwa kecil dan rentan yang tidak terima bersemayam di ujung-ujung ulu hati. Kami juga belum pernah ke sana. Terkadang kami meraung seperti serigala, kadang mirip singa betina, tapi tak jarang juga seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Sampai retak segala pita suara di tenggorokan, hampir habis pula napas yang tinggal sepenggal-sepenggal. Kata ibu, sudah cukupkan. Kata ibu, biar dibalas Tuhan.
Kata ibu tinggallah kata-kata. Kami bakar kotanya. Dan segala rencana-rencana sadis lainnya.
Sumpah per satu dirapalkan cukup kencang. Juga mantera yang tetiba muncul di belakang kepala. Berhari-hari hadir dalam bentuk mimpi buruk. Ketar-ketir tapi dilanjutkan saja. Utarakan serapahnya agar kami lega dan tidak lagi berandai-andai dalam rencana. Ah, berhari-hari nampak seperti Filsuf Yunani yang bertukar kata-kata bijak dan bajik. Seperti manusia yang tidak sedang dalam nuansa duniawi, berada di antara bumi dan nirwana.
Tahukah kau, kami hidup dalam payung-payung sepakat. Untuk segera pergi dari kota atau neraka sebutan favoritnya. Berkali-kali mengunjungi taman yang wangi dan tumbuh bunga-bunga. Langitnya biru dan siap dimiliki, ujarnya. Saya girang memeluk langit erat-erat, sementara yang lain, anehnya kembali ke kota. Dan bertutur siap menerima kembali asapnya.
Payung sepakat telah menguncup. Keputusan dan rencana kemarin hanya dalam rancang saja. Entah apa di pikiran manusia-manusia. Cukup kecewa, meski Filsuf Yunani terus memaksakan dikotomi kendali.
***
Kata Pandji, semua orang punya pilihan untuk pergi dan mengubah kembali identitasnya. Bahkan, kalau kau tidak suka dengan negara ini, pergi saja. Cari tempat lain yang lebih kau sukai. Barangkali tempat yang menawarkan udara dan tanah yang lebih segar. Penduduk yang mengagungkan nurani dan nilai humanis lainnya. Buat apa kembali ke tempat yang secara terang dan jelas memekakkan telinga, buat sesak napas, hilang akal, habis nalar, dan penyebab keputusan irasional lainnya.
Mari pergi dengan susah payah.