Mati segan hidup tak mau. Rupanya sehari luka sehari duka. Dan begitu seterusnya sampai pesta ini selesai. Pesta sepanjang tahun selama musim paceklik. Juga angin warna abu-abu. Langit yang bergerak cepat. Mereka bergantian cuma hitam pekat dan gelap saja.
Manusia-manusia ini sudah lupa berharap pada Tuhan dan menginginkan hantu. Hadir dalam imajinasi dan juga api-api. Semuanya menyala semaunya. Kadang terbakar sendiri, kadang hangus lalu ajaibnya bangkit lagi. Persis yang diceritakan di dalam kitab suci. Apakah mereka sudah berada di alam baka?
Suatu hari banjir bandang di atas pipi. Saya hanya menginginkan secangkir kopi susu manis. Tapi kedai di seluruh dunia gagal. Mereka cuma punya pahit. Dokter menyarankan ganti lidah, ternyata ini sebabnya. Kamu menawarkan pengganti. Saya gelengkan kepala. Punya kamu banyak bohongnya.
Tidak ada kata-kata dalam bulan-bulan. Hanya pena dalam genggaman. Dan kilas balik kejadian dalam ingatan. Salah satunya, presiden mengumumkan kemerdekaan. Rakyat suka ria. Saya masih mati segan hidup tak mau. Tambah sewindu luka tambah sewindu duka. Saya memilih tidak merdeka.