Bergeming dalam embun atau jelaga. Kau diam satu hari saat di luar rumah hujan dan pekik petir bersahutan. Mereka bernostalgia di mana semesta masih cuma ada berdua dan debu-debu terbang seperti peri mini yang tiada dipedulikan. Kemana-mana hanya bertemu punggung satu sama lain dan tulang-tulang yang kadang bersentuhan. Sekadar menyapa lembut hujan dan gagah petir yang baru saja berkisah saja kau enggan. Padahal kalian punya kemiripan: selalu bertemu kenangan. Kau memang sedang bergeming.
Juga malam saat kau tak beda dengan arca dan patung. Menolak keributan dan mendambakan tenang. Semua lampu mati, kau berusaha berkepala kosong. Abaikan kawan dan handai taulan yang berisik dan banyak minta. Biarlah Tuhan yang kabulkan. Sementara kau hanya manusia biasa yang akhir-akhir ini sering menangis. Di atas bumi yang bulat biarkan manusia berjalan sendiri-sendiri, mati, dan kelak hidup lagi.
Perihal mencari ketenangan termasuk siapa yang kau pilih untuk menjadikan kau tenang dan kau menenangkannya. Dan kau memenangkannya.