Kesukaran terkadang juga minta dirayakan. Sama seperti hujan basah yang menarik paksa anak-anak kecil telanjang dada dan kaki menari-nari senang di bawah langit. Sialnya, hujan terlalu deras, besok tidak ada lagi anak kecil karena mereka flu dan harus minum obat. Orang terpaksa menelan pahit setelah serangkaian hura-hura.
Minggu-minggu yang penuh perayaan: pagi, siang, malam. Sesekali pakai lilin kue ulang tahun yang habis tak sampai lima menit. Sementara kau tak kunjung habis setelah bertahun-tahun. Selalu menyambut kedatangan dan kepergian yang sama. Kelipatan tahun lahir itu memanggil badut sirkus kemudian pinjam topengnya dan baju merah polkadot putih yang tak bisa dilepas selamanya.
Setelah berhasil menipu silakan mampir ke rumah sakit atau bengkel karena keduanya menawarkan reparasi perkakas yang enggan mati. Dibunuh kewarasan dan ditumbuhkan seribusatu pertanyaan-pertanyaan, terutama: bolehkah membenci satu orang tanpa alasan?
Alasannya agar semua orang terkutuk tak hanya si tuan patah hati saja. Padahal kau seringkali mendengar patahan kayu di hutan saat kemarau panjang dan tak ada yang menangis karenanya. Ini hanya sebentuk hati, ajak saja masuk ke dalam hutan dan bertemu yang lain yang juga patah dan tidak terganti. Kelak kau tak pernah temukan lagi di sisi hutan bagian manapun saat membutuhkan.
Satu pagi yang mati rasa ada secangkir kopi pahit berteriak meminta jangan diminum. Tapi setelah mencapai tenggorokan teriakannya menjadi pelan karena pahit atau asam semuanya akan terasa sama saja, ya.
Sekali lagi hujan mengguyur kota kami. Dan kejadian setelahnya. Dan kejadian setelahnya.