Belajar dari hujan yang terus berganti peran. Kadang jadi awan, samudra, rerintik, atau butiran yang menyatu bersama baju-baju yang dikeringkan. Bahwa selama hidup kita juga terus berganti peran.
Seorang anggota biasa yang polos wataknya. Enggan bersua karena takut alpa, takut atas ketidakpantasan, atau anggapan-anggapan pesimis lainnya. Bisa jadi suatu saat menjadi palu yang mengetuk semua keputusan, di pundaknya bergelantung beban-beban yang menuntut cepat dan tepat diselesaikan. Dan saat itu datang, selaras pula dengan penyesalan dan pertanyaan mengapa dahulu tak banyak bertanya dan belajar? Atau betapa bahagianya ia dulu jika saja ia tak menyia-nyiakan keadaan yang gampang.
Seorang anak yang riang hatinya bermain bersama boneka warna merah muda atau robot-robot ksatria. Berkata semaunya dengan gigi ompong atau satu dua yang timbul di muka. Diawasi kesana kemari oleh pengawas sejak ia di rahim dan diantar ke dunia. Memang jadi suatu saat jika Tuhan izinkan ia berganti peran. Menjadi penjaga pengawas yang berganti ompong. Minta ini itu banyak hal yang mungkin bisa ia tolak kalau saja ia tak ingat bahwa dulu ia pernah begitu. Balas budi meskipun budi tak pernah utuh terbalas. Dan ia kelak lagi-lagi jika Tuhan izinkan, mengantar dari dunia menuju tempat selanjutnya.